Pojok Pulsa melaporkan pada tanggal 14 Januari 2011, bahwa Telkomsel akan memberlakukan sistem Hard Cluster. Hard Cluster pada inti-nya adalah membatasi penjualan pulsa pada nomor-nomor di luar daerah tempat Anda membeli pulsa. Misal Anda dari Jakarta sedang berlibur ke Bali, dan pulsa Simpati Anda habis. Anda tidak bisa mengisi pulsa Anda di Bali karena perbedaan Daerah (Cluster).
2012 ini kita semua mulai kena imbasnya, karena Hard Cluster menjadi semakin kecil, kalau sekarang kita beli pulsa ditanya nomor daerah mana, lama-lama kita ditanya Bandung di kecamatan berapa? RT berapa? waduh maaf, saya cuma bisa jual dari RT 06-RT15, RT 01 gak bisa. Maaf....
 |
| Simpati yg malah makin terkekang |
Kenapa hal ini dilakukan Telkomsel? Saya tidak menemukan pers release dari Telkomsel di websitenya. Hanya menemukan bahwa tahun 2004, Telkomsel sudah menggunakan Inteligent Network Cluster.
Pojok Pulsa bukanlah satu2nya website yang melaporkan soal Hard Cluster ini, masih banyak website lain seperti top-pulsa.ucoz.com, kaskus, okezone, kompasiana, dan masih banyak lagi. Alasan yg berikan katanya, agar operator bisa mendistribusikan stoknya secara lebih presisi sesuai dengan kebutuhan cluster masing-masing.
Semua melihat dari sisi yg berkepentingan masing-masing, tukang pulsa melihat bahwa pasar mereka menyusut dan jadi terbatas. User melihat bahwa tukang jual pulsa kok rese banget, udah bayar pulsa kagak masuk-masuk. Operator melihat potensi penjualan pulsa fisik yg bakal meroket jauh keatas, melawan visi Paperless Office dengan Clustered Top-Up.
Saya melihat bahwa sebagai user, kita sedang dikerjai oleh operator. Apa kita harus selalu beli nomor baru kalau pergi ke luar kota? Trus apa gunanya nomor nasional? Kalau memang ingin mendorong penjualan voucher fisik, perbanyak supply di pasar adalah langkah yg bagus.
Kalau mengenai alasan supaya operator bisa mendistribusikan stok secara lebih presisi bla bla bla, alasah bullshit itu, Telkomsel adalah salah satu operator high tech di Indonesia dengan klaim Terbesar se Asia Tenggara, hal kecil seperti itu bisa ditanggulangi dengan sebuah programming sederhana.
Ingat, ini tahun 2012, tahun di mana iPhone dan Android meraja, iPad terjual seperti kacang goreng, dan Telkomsel sebagai operator malah kembali ke tahun 1990.
Pojok Pulsa bukanlah satu2nya website yang melaporkan soal Hard Cluster ini, masih banyak website lain seperti top-pulsa.ucoz.com, kaskus, okezone, kompasiana, dan masih banyak lagi. Alasan yg berikan katanya, agar operator bisa mendistribusikan stoknya secara lebih presisi sesuai dengan kebutuhan cluster masing-masing.
Semua melihat dari sisi yg berkepentingan masing-masing, tukang pulsa melihat bahwa pasar mereka menyusut dan jadi terbatas. User melihat bahwa tukang jual pulsa kok rese banget, udah bayar pulsa kagak masuk-masuk. Operator melihat potensi penjualan pulsa fisik yg bakal meroket jauh keatas, melawan visi Paperless Office dengan Clustered Top-Up.
Saya melihat bahwa sebagai user, kita sedang dikerjai oleh operator. Apa kita harus selalu beli nomor baru kalau pergi ke luar kota? Trus apa gunanya nomor nasional? Kalau memang ingin mendorong penjualan voucher fisik, perbanyak supply di pasar adalah langkah yg bagus.
Kalau mengenai alasan supaya operator bisa mendistribusikan stok secara lebih presisi bla bla bla, alasah bullshit itu, Telkomsel adalah salah satu operator high tech di Indonesia dengan klaim Terbesar se Asia Tenggara, hal kecil seperti itu bisa ditanggulangi dengan sebuah programming sederhana.
Ingat, ini tahun 2012, tahun di mana iPhone dan Android meraja, iPad terjual seperti kacang goreng, dan Telkomsel sebagai operator malah kembali ke tahun 1990.
BENAR GAN SETUJU, MUNGKIN KITA MULAI BERPIKIR PAKE OPERATOR LAIN AJA KALI YE...
ReplyDelete