Sekedar sharing, dapet forward email dari temen kantor.. yang boleh jadi WARNING bwat temen-temen yangs sering pulang malam dan sering naik TAXI.
Kamis, 04 Juni 2009,
At 17.45 pm
Hari itu saya janjian dengan beberapa teman alumni KEP untuk menghadap Romo Agus, pastor Paroki kami untuk meminta ijin rencana retret alumni KEP tgl 17-19 Juli2009. Saya janjian dengan adik saya yang kebetulan kantornya sama-sama di Sudirman. Jam 18.30 saya turun dari wisma BNI 46, adik saya telepon bahwa dia menunggu dengan taxi family warna biru logo merah di pintu gate barat tepat didepan tenda warung2 BNI 46.
Tanpa firasat apapun saya langsung naik taxi itu. Sepanjang jalan saya bercerita bahwa pekerjaan kantor saya belum selesai, dan semula kami akan langsung ke multiplus untuk mem-print proposal retret KEP. Tetapi karena jalanan macet saya putuskan tidak usah mem-print dan tidak membawa bahan apa-apa dulu untuk menghadap Romo Agus, nanti dibahas lisan saja. Sehingga rute perjalanan berubah, yang semula akan lewat tambak kemudian putar balik lewat stasiun Manggarai ke arah Matraman.
Sepanjang jalan dari putaran land mark, si supir taxi ini terus-menerus melihat ke spion diatas kepalanya dan dengan berlagak pilon dia bertanya jalan lurus atau belok kiri. Rani adik saya men-guide supir selama melewati Manggarai. Supir sempat mengeluh karena jalanan macet sembari matanya terus menerus melihat ke spion atas. Rupanya dibelakang taxi kami ada teman-teman si supir yang membuntuti.
Setelah putar balik di Tambak, si supir sempat tanya apakah ada POM Bensin? Kami katakan ada di Matraman. Tiba-tiba dekat PSKD sebelum bundaran SUN MOTOR taxi itu melambat lalu si sopir membuka pintu sebelah kiri. Saya kaget dan bilang : ”Loh kog berhenti.... ada apa pak! ” lalu hanya dalam durasi beberapa detik tiba-tiba ada 2 orang masuk ke dalam taxi dan dengan beringas memukuli kami. Saya histeris dan berteriak :
”Jesus...Jesus. ..Jesus” kemudian saya mendaraskan salam Maria dengan keras. Saya mendengar adik saya juga histeris dan schock. Pikiran saya mulai kalut dan takut ketika saya lihat sekilas satu penjahat mengangkang pas didepan adik saya, pikiran saya waktu itu adik saya akan diperkosa. Saya langsung ingat bahwa beberapa tahun lalu saya pernah menerima sharring di milis tentang kasus perampokan dan pemerkosaan.
Adik saya histeris dan panik, dia mencari tangan saya dan kami hanya bisa berpegangan dengan jari jemari kami. Saya berusaha menelikung tubuh adik saya agar terlindung, tetapi si penjahat itu terus menerus memukuli saya dibagian muka, pundak dan menginjak pungung saya. Segera setelah itu saya menyadari apa yang terjadi, maka saya mengambil posisi diam dan menuruti semua permintaan penjahatnya. Pandangan saya sudah gelap, berkunang-kunang, tetapi saya berdoa agar saya tidak pingsan, karena saya pikir kalau saya pingsan pasti adik saya akan kalut dan down dan itu membahayakan dirinya, bisa-bisa dia diperlakukan buruk Seluruh isi tas saya digeledah, isi dompet dihamburkan.
Penjahat satunyanya memeriksa seluruh isi dompet, penjahat satu lagi memeriksa leher saya sampai 4 x untuk melihat saya pakai kalung atau tidak. Saya terus menerus berdoa, si penjahat yang mempreteli perhiasan saya tak berhasil menemukan kalung saya karena saya pakai baju turtle neck, tetapi karena penasaran dia mengulang untuk kelima kalinya. Lalu dia berhasil menarik kalung saya, berikut dengan cincin dan jam tangan saya. Dengan kasar penjahat satunya membongkar isi dompet adik saya dan memaksa minta nomor PIN BCA. Ketika adik saya mengatakan tidak ingat, dia ditampar berulang kali. Disangkanya bohong. Meski adik saya menjelaskan bahwa ATM itu milik saya, bukan milik adik saya , si penjahat tidak percaya.
Satu lagi ATM BCA milik adik saya sudah expired 3 tahun lalu, dan adik saya tidak ingat Pin nya. Sekali lagi karena disangka bohong, adik saya dicekik lehernya. Saya juga kena pukulan.
Padahal dia memang tak ingat sama sekali, untunglah penjahat yang paling temperamental bilang bahwa kalau nanti dicoba dalam ATM ternyata expired maka dengan sendirinya kartu ATM itu keluar. Pernyataan itu menolong kami untuk tidak dipukuli, tapi saya memaksa adik saya untuk menyebut nomor pin apa saja supaya penjahatnya tenang.
Mereka tanya berapa Jumlah Uang di ATM BCA saya, saya sebutkan hanya 1,6 juta, lalu dengan kasar dia memukul dan mengatakan kalau saya bohong menyebut nomor PIN , maka nyawa saya taruhannya. Dengan brutal dan berulang –ulang memukul mereka tanya PIN ATM saya yang lain sembari mengancam katanya : ”kami ini bekerja seperti ini sudah tahu resikonya, kalau ketangkap pasti penjara atau mati, maka jangan main-main,kalau tidak kerjasama,lu tau resikonya!!”. Suasana dalam taxi itu ribut arena penjahat satu dengan yang lain berebut tanya PIN ATM, setiap kali saya sebut, mereka tanya lagi... tanya lagi sampai berulang-ulang, rupanya mereka agak bodoh dan pendengarannya kurang.
Sehingga tak mudah menangkap ucapan saya. Setiap kali mereka tidak jelas mereka pukul saya. Mataku mulai bengkak, pipi, dagu dan dahi sakit sekali, rasanya panas dan baal.
Adik saya mulai mual, mau muntah, terus menerus batuk. Satu penjahat mulai kesal melihat adik saya. Rani mulai shock, dia memohon agar dikasihani dan dilepaskan, karena kami sudah jujur dengan nomor PIN ATM kami dan seluruh perhiasan kami sudah diambil. Penjahat yang temperamen marah dan dia mencekik sambil berkata kalau tidak diam akan diperlakukan lebih buruk.
Saya tidak bisa berbuat apa-apa, cuma melirik ke adik, saya hanya takut kalau adik saya tidak kuat, si penjahat bisa kehilangan kesabaran dan akan berbuat nekat. Penjahat satunya pindah ke jok depan, jadi hanya satu yang menjagai kami di Jok belakang dengan pisau stand by di perut kiri saya.
Pintu taxi sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak bisa dibuka dari dalam. HP saya 2 buah sudah diambil. HP adik saya yang satu masih baru, karena baru beli hari Rabu-nya, karena chasingnya hitam, si penjahat tidak tahu kalau HP itu jatuh tepat dibawah paha adik saya. Sepanjang jalan HP itu bunyi terus karena memang kami janjian dgn teman. Kakak saya juga sempat telepon karena firasatnya tak enak. Tapi anehnya bunyi HP itu tak terdengar oleh mereka. Kami dibawa sampai Pasar Rebo, di pinggir jalan tiba-tiba dia membuang ATM dan pin yang sudah ditulis di kertas itu ke pinggir jalan. ATM dan pin itu dibungkus dengan tas plastik putih yang sudah mereka siapkan. Saya baru mengerti, ternyata ada komplotan berikutnya yang bertugas mengecek ATM BCA. Diantara 3 penjahat itu tidak saling kompak, mereka sempat bertengkar untuk mekanisme ambil uang di ATM. Mereka sengaja tidak memberi ke komplotan di Pasar Rebo karena isi ATM Mandiri lebih banyak. Maksimum penarikan dalam sehari hanya 10 juta.
Kami dibawa masuk Tol, tapi para penjahat ini takut juga karena bensin tinggal sedikit sekali. Di pintu Tol si penjahat merapatkan tubuhnya ke tubuh kami sembari menekan pisau di perut kiri saya. Rani tidak bisa lihat karena kacamatanya diambil oleh supirnya. Saya tidak tahu itu jalan mana, tahu-tahu sudah sampai di pondok rangon cibubur dekat makam-makam. Tempat itu sepi, dibawa ke perkampungan gelap, cuma ada pohon dikiri kanan jalan.
Dalam hati saya terus menerus berdoa, agar kami tidak diperkosa. Saya memohon kekuatan Allah. Adik saya mulai tenang, dia diam saja, saya mulai sedih karena saya tahu dia lapar dan sakit. Setelah berputar-putar kurang lebih 2 jam, mereka mendapat konfirmasi dari komplotannya di pasar Rebo bahwa ATM BCA sudah diambil semua.
Saya lega, berarti sebentar lagi dilepas setelah ada ATM Mandiri. Tapi dugaan saya keliru, mereka masih belum puas berkeliling, mereka sendiri bingung, ke arah mana jalan keluar untuk cari ATM Mandiri. Satu penjahat sudah mulai boring dan capek. Dia memaksa teman-temannya untuk cepat cari jalan menuju kota karena di desa tidak ada ATM. Setelah masuk ke Cibubur, ternyata sulit cari ATM Mandiri. Ketika menemukan ternyata banyak orang yang antri atau didepan ATM banyak tukang ojek yang mangkal, mereka takut ketahuan.
Lalu ada Atm di Alfa Mart cabang Villa Nusa II sekitar bekasi arah ke cibubur, mereka berhasil menarik sebesar Rp. 10 juta. Supirnya berencana menahan kami sampai hari berikutnya agar bisa menarik 10 juta lagi, tapi 2 penjahat lainnya mengatakan tidak, karena takut ada razia polisi,
biasanya malam hari banyak razia dan takut ditangkap. Saya sempat dengar di supir berbisik ke temannya bahwa besok mereka akan tarik lagi 10 juta.
Puji Tuhan saya mendengar mereka akan membuang kami, lalu selama 1 jam kami diputar-putar untuk cari lokasi yang tepat. Setiap kali menemukan tempat gelap mereka mengancam dan memberitahukan aturan main : ”Nanti kamu saya turunkan di gang, disana ada 4 teman kami menunggu, tapi jangan lakukan apa-apa, jalan aja terus selama 15 menit tanpa menoleh, kalau kalian bertindak bodoh,maka kamu akan ketemu teman kami yang memperlakukan kamu lebih jahat dari kami!!” dengar itu!!!” Hei babi dengar tidak kamu! sambil memukul dengkul dan paha saya.
Mereka terus berputar karena setiap putaran ada polisi, jadi mereka tidak jadi menurunkan kami. Kami disuruh menyiapkan tas kami yang berantakan, itu kesempatan rani memasukkan HP ke dalam tas. Kemudian saya tanya bisakah minta simcard Hp saya? Mereka mulai lunak, simcard saya dicopot dan
diberikan ke adik. Lalu mereka dengan manis meminta maaf atas perlakuaan mereka dan anggaplah ini apes. Kira-kira jam 10.53 akhirnya kami diturunkan di gang sepi dan gelap didaerah Nagrek, Cikeas, Bogor.
Kami berdua digiring sampai jarak 10 meter dari jalan raya, supir menunggu di dalam taxi.kami berjalan dengan gemetar,lurus kedepan, tidak menoleh, tapi kami tak ketemu dengan 4 teman yang katanya teman mereka. Sampai di satu tikungan, saya lihat ada sebuah rumah didepannya banyak motor. Saya mengandeng adik saya menuju kesana tetapi saya takut jangan-jangan itu komplotan teman mereka, kebetulan ada 4 orang. Tapi keraguan saya pupus karena melihat tulisan ”POS SECURITY TRISAKTI” dan mereka berseragam. Akhirnya kami minta tolong mereka dan dengan pinjam telepon mereka saya berhasil blokir ATM MANDIRI yang masih ada sisanya. Komandan securitynya kemudian menghubungi polsek Cikeas. Tak lama kemudian, kami dijemput 2 armada polisi ke Cikeas.
Sampai disana pertahanan saya luluh, saya menangis terus menerus sampai menuju pulang. Kakak-kakak saya menjemput kami di kepolisian, setelah membuat berita acara di polisi, kami baru pulang jam 02.00 WIB dini hari.
Teman-teman semoga kejadian ini tidak terjadi pada anda, keluarga anda, atau orang yang anda kenal , peristiwa ini sering terjadi di kawasan Sudirman, Senayan, Gatot Subroto yang diincar rata-rata karyawati, pilihlah taxi blue bird atau express selain itu jangan! Untuk teman-teman perempuan lebih baik mengunakan celana panjang dan blaser tertutup agar tidak mengundang libido para penjahat. Blazer saya kebetulan 2 lapis, sehingga pisau tidak bisa menembus ke kulit. Itu cukup membantu Bila peristiwa ini menimpa anda, jangan sekali-sekali melawan, harta hilang tidak apa-apa, nanti bisa cari lagi, tetapi yang penting keselamatan anda yang utama.
Salam
Rani dan Tres
--
Regards,
Maria Serang
Kamis, 04 Juni 2009,
At 17.45 pm
Hari itu saya janjian dengan beberapa teman alumni KEP untuk menghadap Romo Agus, pastor Paroki kami untuk meminta ijin rencana retret alumni KEP tgl 17-19 Juli2009. Saya janjian dengan adik saya yang kebetulan kantornya sama-sama di Sudirman. Jam 18.30 saya turun dari wisma BNI 46, adik saya telepon bahwa dia menunggu dengan taxi family warna biru logo merah di pintu gate barat tepat didepan tenda warung2 BNI 46.
Tanpa firasat apapun saya langsung naik taxi itu. Sepanjang jalan saya bercerita bahwa pekerjaan kantor saya belum selesai, dan semula kami akan langsung ke multiplus untuk mem-print proposal retret KEP. Tetapi karena jalanan macet saya putuskan tidak usah mem-print dan tidak membawa bahan apa-apa dulu untuk menghadap Romo Agus, nanti dibahas lisan saja. Sehingga rute perjalanan berubah, yang semula akan lewat tambak kemudian putar balik lewat stasiun Manggarai ke arah Matraman.
Sepanjang jalan dari putaran land mark, si supir taxi ini terus-menerus melihat ke spion diatas kepalanya dan dengan berlagak pilon dia bertanya jalan lurus atau belok kiri. Rani adik saya men-guide supir selama melewati Manggarai. Supir sempat mengeluh karena jalanan macet sembari matanya terus menerus melihat ke spion atas. Rupanya dibelakang taxi kami ada teman-teman si supir yang membuntuti.
Setelah putar balik di Tambak, si supir sempat tanya apakah ada POM Bensin? Kami katakan ada di Matraman. Tiba-tiba dekat PSKD sebelum bundaran SUN MOTOR taxi itu melambat lalu si sopir membuka pintu sebelah kiri. Saya kaget dan bilang : ”Loh kog berhenti.... ada apa pak! ” lalu hanya dalam durasi beberapa detik tiba-tiba ada 2 orang masuk ke dalam taxi dan dengan beringas memukuli kami. Saya histeris dan berteriak :
”Jesus...Jesus. ..Jesus” kemudian saya mendaraskan salam Maria dengan keras. Saya mendengar adik saya juga histeris dan schock. Pikiran saya mulai kalut dan takut ketika saya lihat sekilas satu penjahat mengangkang pas didepan adik saya, pikiran saya waktu itu adik saya akan diperkosa. Saya langsung ingat bahwa beberapa tahun lalu saya pernah menerima sharring di milis tentang kasus perampokan dan pemerkosaan.
Adik saya histeris dan panik, dia mencari tangan saya dan kami hanya bisa berpegangan dengan jari jemari kami. Saya berusaha menelikung tubuh adik saya agar terlindung, tetapi si penjahat itu terus menerus memukuli saya dibagian muka, pundak dan menginjak pungung saya. Segera setelah itu saya menyadari apa yang terjadi, maka saya mengambil posisi diam dan menuruti semua permintaan penjahatnya. Pandangan saya sudah gelap, berkunang-kunang, tetapi saya berdoa agar saya tidak pingsan, karena saya pikir kalau saya pingsan pasti adik saya akan kalut dan down dan itu membahayakan dirinya, bisa-bisa dia diperlakukan buruk Seluruh isi tas saya digeledah, isi dompet dihamburkan.
Penjahat satunyanya memeriksa seluruh isi dompet, penjahat satu lagi memeriksa leher saya sampai 4 x untuk melihat saya pakai kalung atau tidak. Saya terus menerus berdoa, si penjahat yang mempreteli perhiasan saya tak berhasil menemukan kalung saya karena saya pakai baju turtle neck, tetapi karena penasaran dia mengulang untuk kelima kalinya. Lalu dia berhasil menarik kalung saya, berikut dengan cincin dan jam tangan saya. Dengan kasar penjahat satunya membongkar isi dompet adik saya dan memaksa minta nomor PIN BCA. Ketika adik saya mengatakan tidak ingat, dia ditampar berulang kali. Disangkanya bohong. Meski adik saya menjelaskan bahwa ATM itu milik saya, bukan milik adik saya , si penjahat tidak percaya.
Satu lagi ATM BCA milik adik saya sudah expired 3 tahun lalu, dan adik saya tidak ingat Pin nya. Sekali lagi karena disangka bohong, adik saya dicekik lehernya. Saya juga kena pukulan.
Padahal dia memang tak ingat sama sekali, untunglah penjahat yang paling temperamental bilang bahwa kalau nanti dicoba dalam ATM ternyata expired maka dengan sendirinya kartu ATM itu keluar. Pernyataan itu menolong kami untuk tidak dipukuli, tapi saya memaksa adik saya untuk menyebut nomor pin apa saja supaya penjahatnya tenang.
Mereka tanya berapa Jumlah Uang di ATM BCA saya, saya sebutkan hanya 1,6 juta, lalu dengan kasar dia memukul dan mengatakan kalau saya bohong menyebut nomor PIN , maka nyawa saya taruhannya. Dengan brutal dan berulang –ulang memukul mereka tanya PIN ATM saya yang lain sembari mengancam katanya : ”kami ini bekerja seperti ini sudah tahu resikonya, kalau ketangkap pasti penjara atau mati, maka jangan main-main,kalau tidak kerjasama,lu tau resikonya!!”. Suasana dalam taxi itu ribut arena penjahat satu dengan yang lain berebut tanya PIN ATM, setiap kali saya sebut, mereka tanya lagi... tanya lagi sampai berulang-ulang, rupanya mereka agak bodoh dan pendengarannya kurang.
Sehingga tak mudah menangkap ucapan saya. Setiap kali mereka tidak jelas mereka pukul saya. Mataku mulai bengkak, pipi, dagu dan dahi sakit sekali, rasanya panas dan baal.
Adik saya mulai mual, mau muntah, terus menerus batuk. Satu penjahat mulai kesal melihat adik saya. Rani mulai shock, dia memohon agar dikasihani dan dilepaskan, karena kami sudah jujur dengan nomor PIN ATM kami dan seluruh perhiasan kami sudah diambil. Penjahat yang temperamen marah dan dia mencekik sambil berkata kalau tidak diam akan diperlakukan lebih buruk.
Saya tidak bisa berbuat apa-apa, cuma melirik ke adik, saya hanya takut kalau adik saya tidak kuat, si penjahat bisa kehilangan kesabaran dan akan berbuat nekat. Penjahat satunya pindah ke jok depan, jadi hanya satu yang menjagai kami di Jok belakang dengan pisau stand by di perut kiri saya.
Pintu taxi sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak bisa dibuka dari dalam. HP saya 2 buah sudah diambil. HP adik saya yang satu masih baru, karena baru beli hari Rabu-nya, karena chasingnya hitam, si penjahat tidak tahu kalau HP itu jatuh tepat dibawah paha adik saya. Sepanjang jalan HP itu bunyi terus karena memang kami janjian dgn teman. Kakak saya juga sempat telepon karena firasatnya tak enak. Tapi anehnya bunyi HP itu tak terdengar oleh mereka. Kami dibawa sampai Pasar Rebo, di pinggir jalan tiba-tiba dia membuang ATM dan pin yang sudah ditulis di kertas itu ke pinggir jalan. ATM dan pin itu dibungkus dengan tas plastik putih yang sudah mereka siapkan. Saya baru mengerti, ternyata ada komplotan berikutnya yang bertugas mengecek ATM BCA. Diantara 3 penjahat itu tidak saling kompak, mereka sempat bertengkar untuk mekanisme ambil uang di ATM. Mereka sengaja tidak memberi ke komplotan di Pasar Rebo karena isi ATM Mandiri lebih banyak. Maksimum penarikan dalam sehari hanya 10 juta.
Kami dibawa masuk Tol, tapi para penjahat ini takut juga karena bensin tinggal sedikit sekali. Di pintu Tol si penjahat merapatkan tubuhnya ke tubuh kami sembari menekan pisau di perut kiri saya. Rani tidak bisa lihat karena kacamatanya diambil oleh supirnya. Saya tidak tahu itu jalan mana, tahu-tahu sudah sampai di pondok rangon cibubur dekat makam-makam. Tempat itu sepi, dibawa ke perkampungan gelap, cuma ada pohon dikiri kanan jalan.
Dalam hati saya terus menerus berdoa, agar kami tidak diperkosa. Saya memohon kekuatan Allah. Adik saya mulai tenang, dia diam saja, saya mulai sedih karena saya tahu dia lapar dan sakit. Setelah berputar-putar kurang lebih 2 jam, mereka mendapat konfirmasi dari komplotannya di pasar Rebo bahwa ATM BCA sudah diambil semua.
Saya lega, berarti sebentar lagi dilepas setelah ada ATM Mandiri. Tapi dugaan saya keliru, mereka masih belum puas berkeliling, mereka sendiri bingung, ke arah mana jalan keluar untuk cari ATM Mandiri. Satu penjahat sudah mulai boring dan capek. Dia memaksa teman-temannya untuk cepat cari jalan menuju kota karena di desa tidak ada ATM. Setelah masuk ke Cibubur, ternyata sulit cari ATM Mandiri. Ketika menemukan ternyata banyak orang yang antri atau didepan ATM banyak tukang ojek yang mangkal, mereka takut ketahuan.
Lalu ada Atm di Alfa Mart cabang Villa Nusa II sekitar bekasi arah ke cibubur, mereka berhasil menarik sebesar Rp. 10 juta. Supirnya berencana menahan kami sampai hari berikutnya agar bisa menarik 10 juta lagi, tapi 2 penjahat lainnya mengatakan tidak, karena takut ada razia polisi,
biasanya malam hari banyak razia dan takut ditangkap. Saya sempat dengar di supir berbisik ke temannya bahwa besok mereka akan tarik lagi 10 juta.
Puji Tuhan saya mendengar mereka akan membuang kami, lalu selama 1 jam kami diputar-putar untuk cari lokasi yang tepat. Setiap kali menemukan tempat gelap mereka mengancam dan memberitahukan aturan main : ”Nanti kamu saya turunkan di gang, disana ada 4 teman kami menunggu, tapi jangan lakukan apa-apa, jalan aja terus selama 15 menit tanpa menoleh, kalau kalian bertindak bodoh,maka kamu akan ketemu teman kami yang memperlakukan kamu lebih jahat dari kami!!” dengar itu!!!” Hei babi dengar tidak kamu! sambil memukul dengkul dan paha saya.
Mereka terus berputar karena setiap putaran ada polisi, jadi mereka tidak jadi menurunkan kami. Kami disuruh menyiapkan tas kami yang berantakan, itu kesempatan rani memasukkan HP ke dalam tas. Kemudian saya tanya bisakah minta simcard Hp saya? Mereka mulai lunak, simcard saya dicopot dan
diberikan ke adik. Lalu mereka dengan manis meminta maaf atas perlakuaan mereka dan anggaplah ini apes. Kira-kira jam 10.53 akhirnya kami diturunkan di gang sepi dan gelap didaerah Nagrek, Cikeas, Bogor.
Kami berdua digiring sampai jarak 10 meter dari jalan raya, supir menunggu di dalam taxi.kami berjalan dengan gemetar,lurus kedepan, tidak menoleh, tapi kami tak ketemu dengan 4 teman yang katanya teman mereka. Sampai di satu tikungan, saya lihat ada sebuah rumah didepannya banyak motor. Saya mengandeng adik saya menuju kesana tetapi saya takut jangan-jangan itu komplotan teman mereka, kebetulan ada 4 orang. Tapi keraguan saya pupus karena melihat tulisan ”POS SECURITY TRISAKTI” dan mereka berseragam. Akhirnya kami minta tolong mereka dan dengan pinjam telepon mereka saya berhasil blokir ATM MANDIRI yang masih ada sisanya. Komandan securitynya kemudian menghubungi polsek Cikeas. Tak lama kemudian, kami dijemput 2 armada polisi ke Cikeas.
Sampai disana pertahanan saya luluh, saya menangis terus menerus sampai menuju pulang. Kakak-kakak saya menjemput kami di kepolisian, setelah membuat berita acara di polisi, kami baru pulang jam 02.00 WIB dini hari.
Teman-teman semoga kejadian ini tidak terjadi pada anda, keluarga anda, atau orang yang anda kenal , peristiwa ini sering terjadi di kawasan Sudirman, Senayan, Gatot Subroto yang diincar rata-rata karyawati, pilihlah taxi blue bird atau express selain itu jangan! Untuk teman-teman perempuan lebih baik mengunakan celana panjang dan blaser tertutup agar tidak mengundang libido para penjahat. Blazer saya kebetulan 2 lapis, sehingga pisau tidak bisa menembus ke kulit. Itu cukup membantu Bila peristiwa ini menimpa anda, jangan sekali-sekali melawan, harta hilang tidak apa-apa, nanti bisa cari lagi, tetapi yang penting keselamatan anda yang utama.
Salam
Rani dan Tres
--
Regards,
Maria Serang
-
ReplyDeleteSalam
Rani dan Tres
–
Regards,
Maria Serang
-
Grüße,
Eveline Rose
-
关心
Mocona