Teman-teman yang tinggal di Bandung pasti merasakan, Bandung sekarang ini sudah menjadi demikian sumpek dan tidak teratur. Kemacetan terjadi seluruh lokasi, baik di depan Mall maupun di tempat yang jauh dari Mall. Kendaraan umum tetap saja berhenti dengan sembarangan, motor-motor berhenti melewati zebra cross, dan masih banyak lagi. Apa kerja polisi lalu lintas Bandung saat ini?
Hari ini (15 Juni 2011) di Harian Pikiran Rakyat Bandung tertulis, Kasatlantas Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Sambodo Purnomo malah sedang merekayasa jalan demi 'Soft Launching' Trans Studio di Bandung Supermall 2 hari lagi, sedangkan menurut Fakta Pos, Wapres Boediono menghadiri acara puncak Hari Ulang Tahun ke-39 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Deklarasi HIPMI Perguruan Tinggi di Gedung Merdeka Kota Bandung.
Apa yang terjadi hari ini?
Sayangnya itu adalah pertanyaan yang salah. Kemacetan di Bandung sudah bukan lagi berita bagi orang Bandung, sudah setara Jakarta, dalam artian kalau gak macet baru itu berita. Tapi di mana para Polisi Lalu Lintas Bandung? Semua tumplek di alun-alun, semrawut, terlihat seperti tidak ada perencanaan apapun. Wajar toh karena Komisaris Besar-nya juga malah lebih mementingkan Trans Studio dibandingkan Wapres Budiono.
Puluhan tahun yang lalu, Polantas (Polisi Lalu Lintas) mempunyai hak penuh dalam menegakkan aturan, tapi sekarang sudah dibagi bersama Satpol PP. Polantas kini hanya sekadar pajangan yang memeras para pelanggar lalu lintas pada waktu mereka butuh uang saja. Waktu mereka baru terima gaji, pelanggar lain dibiarkan melanggar. Itukah Polisi yang kita perlukan?
Kita perlu Polisi Lalu Lintas yang tegas! Menangkap semua pelanggar lalu lintas, baik itu melanggar garis stop di perempatan, mengganti helm dengan hijab, menggunakan knalpot racing yang terdengar sampai 2 KM, menilang semua angkot yang berhenti sebarangan serta mendenda orang yang menghentikan angkot tersebut, dan masih banyak lainnya, walau sudah lewat waktu dinasnya, walau yang melanggar itu mertuanya sendiri, walau pelanggaran itu terjadi di tengah malam sekalipun.
Tanggung jawab Polantas itu besar sekali. Pelanggar yang dibiarkan tidak memakai helm sekarang, mungkin saja mati tabrakan 1 jam kemudian. Pelanggar yang dibiarkan melanggar garis stop mungkin saja celaka tersenggol mobil di perempatan selanjutnya. Pelanggar yang dibiarkan ngetem sebarangan minimal akan menyebabkan kemacetan sampai 2 jam setelah pelanggar itu pergi dengan santai.
Apa tugas Polantas kalau bukan mengatur lalu lintas? Apa tugas Polantas kalau bukan memberi arahan bagi para pengguna jalan yang tidak tahu aturan? Apa tugas Polantas kalau bukan menghukum para pelanggar lalu lintas demi keselamatan orang lain dan dirinya sendiri?
Dibiarkannya semua orang melanggar aturan lalu lintas dengan sendirinya menjatuhkan martabat Polantas di mata semua orang.
Polantas juga seharusnya menggunakan media sebagai cara meraih simpati dan mempermudah pekerjaan mereka. Contoh pada waktu event-event tertentu, Polantas sebaiknya mempublikasikan arah tujuan mereka untuk memperlancar lalu lintas. Trans Studio dengan pintar menggunakan siasat ini, mereka mengundang para insan pers dan kepolisian untuk memikirkan bersama bagaimana cara mengatur lalu lintas sekalian mempromosikan Trans Studio. Sayangnya pihak Polantas tidak mempergunakan waktu itu untuk men-sosialisasikan kedatangan Wapres Budiono.
Ada baiknya Polantas menggunakan berbagai media untuk mensosialisasikan perubahan jalan, apalagi sekarang semua orang yang akan mengadakan acara apapun harus melaporkan kepada polisi minimal 1 minggu sebelumnya. Polantas harusnya sudah mengetahui hal itu, Kombes harusnya sudah mengetahui hal itu, dan semua kemacetan harusnya sudah bisa diantisipasi dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan
Sudah saatnya Polisi Bandung bisa lebih profesional. Hukumlah orang yang bersalah, lindungilah orang yang bertindak sesuai aturan. Tunjukkan bahwa Polisi Bandung itu bermartabat, bukan hanya menilang orang-orang Jakarta yang sedang berlibur di Bandung, tapi juga menangkap pengguna sepeda motor yang hanya menggunakan hijab.
Jangan lagi terulang seperti waktu Kirab Budaya Bandung 2011 kemarin, sebagian rakyat sudah mengetahui jadwal acara, Izin Kepolisian sudah keluar, bahkan Bapak Walikota sendiri ikut membuka acara tersebut, tapi kepolisian Bandung bagai dikejutkan dengan acara tersebut. Tidak ada rekayasa jalan yang masuk akal, diberlakukan sistem buka tutup jalan, masyarakat tumpah ruah ke tengah jalan menghalangi pertunjukkan, banyak Polisi yang sekedar tampil di lokasi, dan masih banyak lagi.
Sudah saatnya Polisi Bandung lebih profesional!
Hari ini (15 Juni 2011) di Harian Pikiran Rakyat Bandung tertulis, Kasatlantas Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Sambodo Purnomo malah sedang merekayasa jalan demi 'Soft Launching' Trans Studio di Bandung Supermall 2 hari lagi, sedangkan menurut Fakta Pos, Wapres Boediono menghadiri acara puncak Hari Ulang Tahun ke-39 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Deklarasi HIPMI Perguruan Tinggi di Gedung Merdeka Kota Bandung.
Apa yang terjadi hari ini?
Sayangnya itu adalah pertanyaan yang salah. Kemacetan di Bandung sudah bukan lagi berita bagi orang Bandung, sudah setara Jakarta, dalam artian kalau gak macet baru itu berita. Tapi di mana para Polisi Lalu Lintas Bandung? Semua tumplek di alun-alun, semrawut, terlihat seperti tidak ada perencanaan apapun. Wajar toh karena Komisaris Besar-nya juga malah lebih mementingkan Trans Studio dibandingkan Wapres Budiono.
Puluhan tahun yang lalu, Polantas (Polisi Lalu Lintas) mempunyai hak penuh dalam menegakkan aturan, tapi sekarang sudah dibagi bersama Satpol PP. Polantas kini hanya sekadar pajangan yang memeras para pelanggar lalu lintas pada waktu mereka butuh uang saja. Waktu mereka baru terima gaji, pelanggar lain dibiarkan melanggar. Itukah Polisi yang kita perlukan?
Kita perlu Polisi Lalu Lintas yang tegas! Menangkap semua pelanggar lalu lintas, baik itu melanggar garis stop di perempatan, mengganti helm dengan hijab, menggunakan knalpot racing yang terdengar sampai 2 KM, menilang semua angkot yang berhenti sebarangan serta mendenda orang yang menghentikan angkot tersebut, dan masih banyak lainnya, walau sudah lewat waktu dinasnya, walau yang melanggar itu mertuanya sendiri, walau pelanggaran itu terjadi di tengah malam sekalipun.
Tanggung jawab Polantas itu besar sekali. Pelanggar yang dibiarkan tidak memakai helm sekarang, mungkin saja mati tabrakan 1 jam kemudian. Pelanggar yang dibiarkan melanggar garis stop mungkin saja celaka tersenggol mobil di perempatan selanjutnya. Pelanggar yang dibiarkan ngetem sebarangan minimal akan menyebabkan kemacetan sampai 2 jam setelah pelanggar itu pergi dengan santai.
Apa tugas Polantas kalau bukan mengatur lalu lintas? Apa tugas Polantas kalau bukan memberi arahan bagi para pengguna jalan yang tidak tahu aturan? Apa tugas Polantas kalau bukan menghukum para pelanggar lalu lintas demi keselamatan orang lain dan dirinya sendiri?
Dibiarkannya semua orang melanggar aturan lalu lintas dengan sendirinya menjatuhkan martabat Polantas di mata semua orang.
Polantas juga seharusnya menggunakan media sebagai cara meraih simpati dan mempermudah pekerjaan mereka. Contoh pada waktu event-event tertentu, Polantas sebaiknya mempublikasikan arah tujuan mereka untuk memperlancar lalu lintas. Trans Studio dengan pintar menggunakan siasat ini, mereka mengundang para insan pers dan kepolisian untuk memikirkan bersama bagaimana cara mengatur lalu lintas sekalian mempromosikan Trans Studio. Sayangnya pihak Polantas tidak mempergunakan waktu itu untuk men-sosialisasikan kedatangan Wapres Budiono.
Ada baiknya Polantas menggunakan berbagai media untuk mensosialisasikan perubahan jalan, apalagi sekarang semua orang yang akan mengadakan acara apapun harus melaporkan kepada polisi minimal 1 minggu sebelumnya. Polantas harusnya sudah mengetahui hal itu, Kombes harusnya sudah mengetahui hal itu, dan semua kemacetan harusnya sudah bisa diantisipasi dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan
- Mensosialisasikan ke media cetak / harian minimal 1 hari sebelumnya
- Mensosialisasikan lewat radio
- Memasang Baliho petunjuk rekayasa jalan minimal 2 hari sebelumnya (bisa diwajibkan bagi panitia acara)
- Memasang Spanduk pemberitahuan rekayasa jalan minimal 2 hari sebelumnya (bisa diwajibkan bagi panitia acara)
Sudah saatnya Polisi Bandung bisa lebih profesional. Hukumlah orang yang bersalah, lindungilah orang yang bertindak sesuai aturan. Tunjukkan bahwa Polisi Bandung itu bermartabat, bukan hanya menilang orang-orang Jakarta yang sedang berlibur di Bandung, tapi juga menangkap pengguna sepeda motor yang hanya menggunakan hijab.
Jangan lagi terulang seperti waktu Kirab Budaya Bandung 2011 kemarin, sebagian rakyat sudah mengetahui jadwal acara, Izin Kepolisian sudah keluar, bahkan Bapak Walikota sendiri ikut membuka acara tersebut, tapi kepolisian Bandung bagai dikejutkan dengan acara tersebut. Tidak ada rekayasa jalan yang masuk akal, diberlakukan sistem buka tutup jalan, masyarakat tumpah ruah ke tengah jalan menghalangi pertunjukkan, banyak Polisi yang sekedar tampil di lokasi, dan masih banyak lagi.
Sudah saatnya Polisi Bandung lebih profesional!
Comments
Post a Comment