why she? bab 1-2

eh si bos dah balik lagi, ruangan n ac dah di matiin berarti dah pulang tuch...duh mumpung lagi enak nulis (huehehehe....maaf korupsi waktu kerja euy...maaf), dan mohon maaf jika tata cara penulisannya salah hingga tulisan ini mengganggu pandangan umum, ini masih coba coba.

sebelumnya :

Sekembalinya aku ke pondokkan mengingatkan aku akan perempuan tadi, sayang wajahnya tidak aku lihat dengan jelas. Dan entah mengapa hanya dia yang menggangu pikiran ku, walaupun dalam perjalanan ke pondokkan banyak berpapasan dengan perempuan perempuan yang menarik pandangan. Menarik perhatian karena celoteh celotehannya yang tak jelas di dengar? entah membicarakan diriku yang tampan? rasanya tidak, yang pasti keadaan diriku yang seperti kehujanan setengan badan, itu iya benar.

Aku merebahkan badan dalam riak gelembung jakusi.Melemaskan otot otot dan yang pasti adalah memaksimalkan apa yang aku dapat kan dari pembayaran sewa kamar ini. Nyaman sekali menikmati jakusi ini, dengan nilai plus pemandangan laut, terletak di tepi kamar dengan atap daun daun pohon kelapa dari sebelah pondokkan yang kala itu mengelak elak dari tiupan angin.

Hanya saja aku tak mengerti untuk apa aroma terapi berbagai macam harum di sediakan di tepian jakusi. Karena bagiku itu semua hanya mengingatkan bau bau keringat bercampur deodoran, hanya saja kali ini wangi wangi bunga bercampur asin air laut.

Entah berapa lama aku menikmati sensasi jakusi ini, andaikan bisa ku nikmati bersama dengan DIA? Ah tidak, aku harus melupakannya walaupun aku tidak mungkin melupakan DIA. DIA yang ku maksud bukan perempuan tadi pagi. DIA adalah kekasihku, aku sangat mencintai nya. Hanya kebodohan ku saja, ke egoisan ku hingga aku kelihangan DIA..

Ach perih rasanya jika aku mengingat DIA, ini juga salah satu alasan kenapa aku tidak mengejar perempuan tadi pagi. Masih terlalu besar ruang di hatiku untuk tempat bagi DIA. Aku hanya bisa memejamkan mata, mungkin hanya satu tetes masih bisa mengalir untuk mengenang DIA dan itupun hanya bisa dari sebelah mata hatiku.Aku terlalu kehilangan DIA, senyumnya, sentuhannya, urai lembut rambutnya.Ach tidak tidak ...semakin aku mengingat DIA, aku semakin merasa bersalah , dan bukan merasa bersalah.itu semua memang kesalahan ku, ke egoisan ku.Memang semua orang berbicara jika kejadian itu bukan karena aku. Tapi aku tak sampai hati untuk melepas DIA pergi, kejadian itu...kejadian itu sungguh membuat aku....

"KRIIIIINNNNGG......"

ingatan ku tehentikan suara penggilan telepon.

"Halo.."

"Selamat pagi pak, mohon maaf jika kami mengganggu istirahat bapak, ada telepon dari kantor bapak sebentar kami sambungkan." tanpa basa basi yang sebenarnya tadi semua adalah basa basi belaka.

"Halo..."

"Ya halo, 'balasku.

"Maaf pak, kami memaksa meneleon lewat hotel, karena handphone bapak tidak juga di angkat, dan sms semalam belum kami terima balasannya"

'Sebentar" kata ku.

Dan memang ada 5 miss call dan 2 sms dari pihak travel.

"Baiklah jika memang seperti itu." setelah aku membaca sms yang mengatakan jika aku tidak mendapatkan tiket kepulangan ku ke Jakarta untuk hari ini, secepatnya hari rabu. Sehari sebelum hari hari liburan berakhir.

Beginilah waktu jika liburan, rasanya baru saja terbangun dari tidur, nyatanya waktu sudah menunjukkan jam 9 lebih ketika aku terduduk di restoran hotel, untuk menyantap sarapan yang sama dari hari ke hari. Tidak sepenuh hari kemarin, mungkin orang orang sudah berangkat ke tempat tempat lain, mengingat hari liburan ini sudah semakin mendekati jam kepulangan.

Tampak dari balik kamera ku, beberapa turris asing yang di sibukkan dengan celotehan guide, satu keluarga dengan 3 anak laki laki yang ternyata mereka adalah sebagian anak anak yang aku temui di sekitar karang tadi, dimana mereka saat ini tidak menikmati sarapan karena ulah mereka sendiri dengan bumbu bumbu teguran dari orang tua nya. Sekali aku memfokuskan kamera ku n mengambil action mereka. Hingga akhirnya aku terhenti pada seorang perempuan, yang sedang mencatat entah apa itu, dengan rambut terikat tusuk konde entah sumpit yang disediakan di meja makan, baju putih tanpa lengan terbuka sebatas dada,dengan tali ikat melingkar leher.

Apa dia perempuan tadi? ach aku tidak melihat wajahnya dengan jelas, jika saja saat ini di a tersenyum, n bukan senyum yg aku lihat tapi tatapan sinis akibat gangguan dari ulahku.sontak aku mengalihkan ulahku dengan meniup niup lensa dan mencoba kembali ke arah lain.Dan secepatnya aku membereskan peralatan kamera ku, dan meninggalkan meja.

entah mengapa pertemuan tadi pagi itu mengganggu pikiranku, rasanya itu kan hanya pertemuan biasa...