JAKARTA (Pos Kota) – Tidak ada lagi canda dan tawa Amelia Handatani. Balita berusia 18 bulan yang akrab dipanggil Amel, anak pasangan Ny. Susan, 22, dan Ahmad Junaedi, 27, itu tewas mengerikan. Ia menemui ajal diterkam anjing majikan ibunya yang bekerja di rumah Jalan Melati, RT 09/010, Kel. Kapuk, Jakarta Barat, Rabu (25/6) siang.
Amel tewas dalam perjalanan ke RSUD Cengkareng dalam kondisi mengenaskan. Leher dan kepala balita ini luka menganga akibat gigitan anjing jenis Rott Weiller milik Ny. Patriacia, 46, majikan Ny. Susan, yang bekerja sebagai pembantu di rumah tersebut.
Menurut Ny. Susan, ketika menggigit Amel, anjing yang diberi nama Spike itu tidak mau melepas tubuh balita itu. Ajing ganas ini baru mau melepas gigitannya setelah dijinakan Kenya Zulian, 18, anak Ny. Patriacia. Amel ditemukan terkapar di anak tangga loteng rumah tersebut. Akibat gigitan anjing, darah dari luka membasahi sekujur tubuh korban.
Peristiwa mengerikan yang terjadi di depan matanya itu membuat Ny. Susan histeris. Wanita beranak dua yang sudah 9 bulan bekerja di rumah Ny. Patriacia dengan gaji Rp 500 per bulan itu, menjerit memanggil nama anaknya bungsunya. Nyonya Susan merangkul tubuh Amel yang berlumuran darah. Wanita pembantu ini tak kuasa menahan tangis.
Dalam waktu singkat, seisi rumah geger. Anjing ganas itu bergegas diamankan pemiliknya ke kamar. Tetangga yang mengetahui peristiwa sadis berdatangan. Tak beberapa lama, petugas Polsek Cengkareng datang ke lokasi kejadian. Nyonya Patriacia dibawa ke kantor polisi. Sedangkan mayat Amel dibawa ke rumah duka di Jalan Pedongkelan, Cengkareng, Jakarta Barat. “ Nyonya Susan dan suaminya menolak anaknya diotopsi, “ kata petugas..
Menghadapi musibah yang menimpa anak pembantunya, Ny. Patriacia, yang saat kejadian tidak berada di rumah, hanya bisa berdiam diri. Ia tidak menduga anjing peliharaannya bisa memangsa manusia. Kepada petugas, Ny. Patriacia menuturkan, anjing itu dibelinya dari kecil di daerah Sunter, Jakarta Utara, seharga Rp 2,5 juta. Anjing ini sudah 7 tahun bersama keluarga Ny. Patriacia.
“ Dengan kejadian ini, kami sudah tidak mau lagi memelihara Spike. Sebaiknya, anjing ini disuntik mati saja Pak, “ kata Ny. Patriacia kepada polisi yang memeriksanya.
AMBIL PAKAIAN
Nyonya Susan menjelaskan peristiwa tragis ini. Siang itu, pukul 13:45, ia naik ke loteng rumah untuk mengambil jemuran. Sebelum naik, istri Ahmad Junaedi ini meletakan Amel di anak tangga. “ Saya tidak mengajak Amel ke loteng karena ada anjing di loteng. Anjing itu kelihatannya liar, “ kata Ny.. Susan.
Sewaktu mengambil pakaian yang dijemur di loteng , wanita asal Rangkas Bitung, Banten, menyaksikan bagaimana putrinya digigit anjing milik majikannya. “Anjing itu menggigit leher anak saya dan membawanya ke loteng. Saya berteriak-teriak . Anak saya baru terlepas dari gigitan setelah ditolong anak majikan,” ujar istri.
Mengetahui putrinya terluka di leher dan kepala, Ny. Susan langsung memeluk dan membawanya ke RSUD Cengkareng. Ayah Amel, Ahmad Junaedi yang bekerja sebagai awak bis, ketika datang ke kamar jenazah rumah sakit hanya bisa memeluk mayat putrinya.
Nyonya Patriacia mengatakan, siang itu sehabis mengambil ijazah anaknya Kenya Zulian di SMU Al Huda Cengkareng, ia langsung pergi ke rumah saudaranya. Di rumah hanya ada pembantu dan anaknya Amel serta Kenya Zulian. Remaja inilah yang menolong melepaskan putrid Susan dari gigitan anjing piaraannya.
Dijelaskan Patriacia, setiap harinya anjing itu sebenarnya jinak. Bahkan yang rajin memberinya makan adalah Susan. Tapi pada hari naas itu, Susan lupa memberi makan karena banyak pekerjaan. Mungkin karena lapar anjing itu menjadi buas.
Kapolres Jakarta Barat, Kombes Dr Iza Fadri yang dihubungi Pos Kota, Rabu petang, menyatakan kasus ini tetap ditangani secara professional oleh Polsek Cengkareng. “Pemilik anjing diminta keterangan. Meskipun keluarga korban menolak anaknya diotopsi, tapi polisi tetap meminta visum luar dari dokter,” ujar Iza Fadri.
AMBIL ANJING
Menanggapi adanya anjing menggigit balita hingga tewas, Edi Setiarto, Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Pemda DKI Jakarta, menegaskan, pihaknya akan mengambil anjing tersebut untuk di bawa ke Pusat Observasi Rabies Ragunan. “Pemilik wajib menyerahkan anjing tersebut,” katanya.
Edy mengakui memelihara anjing di Jakarta tidak harus memiliki izin. Hanya saja sesuai dengan Perda tentang Pemeliharaan Hewan Rentan Rabies, bila memelihara anjing harus divaksin rabies. Langkah ini sejalan dengan Jakarta yang bebas rabies.
Selain harus divaksin,anjing tidak boleh diliarkan, sehingga tidak membahayakan orang lain. “Bila anjing itu menggigit maka pemiliknya harus bertanggung- jawab.. Yang jelas anjing itu akan kami ambil untuk diobservasi,” tandasnya.
AKP DEWI: ROOTWEILLER GANAS
Anjing jenis Rootweiller termasuk hewan ganas dan pendendam. Seharusnya pemilik anjing tidak melepas begitu saja hewan peliharannya dan harus mengenal betul jenis, sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya.
“Ada beberapa faktor kenapa anjing ini menjadi sadis dan buas, bisa karena pengaruh obat, terlambat vaksinasi dan sakit, atau terlambat memberi makan sehingga ia lapar,” jelas Kanit Satwa Polda Metro Jaya, AKP Dewi yang dihubungi Pos Kota. Ia terkejut mendengar peristiwa Rootweiller membunuh balita.
Tapi menurut Dewi bisa juga awalnya Rootweiller itu mengajak bercanda. Hanya saja ketika ia menggigit balita dan mencium bau darah, sifat buasnya muncul.
“Kalau Rootweiller sudah menyerang dengan buas, hampir bisa dipastikan suatu saat dia akan menyerang lagi. Jadi mohon maaf, lebih baik anjing itu dieksekusi saja.”
Rootweller milik Ny Patricia yang membunuh balita, temasuk tua karena sudah berusia 7 tahun dan seharusnya sudah penurut.
Diuraikannya, jenis anjing asal Jerman itu pantang disakiti karena ia akan ingat betul dengan orang atau hewan yang menyakitinya lalu balas dendam. “Begitu sadisnya, Rootweiller akan membanting-banting orang atau hewan yang digigitnya dan tak akan melepas gigitannya sebelum yang digigitnya itu diam tak bergerak,” kata Dewi yang sudah tiga tahun menjadi Kanit Satwa dan mengawasi 25 anjing pelacak berbagai jenis ini.
HARUS DIIKAT
Rootweiller jangan diberi daging mentah karena akan makin buas, hanya diberi dog food sehari dua kali. Anjing ini punya sifat penyerang, karena itu seharusnya diikat terlebih bila tuannya tak ada di rumah. Untuk menjinakkan saat ia menggigit, matanya disemprot air sehingga gigitannya akan mengendur.
Banyak jenis anjing yang dipelihara warga entah untuk kepentingan menjaga rumah atau karena hobi. Bila sekedar hobi, lanjut Dewi lebih baik memilih anjing jenis lain seperti Golden atau Buldog. “Bentuk dan wajah Buldog memang buruk, tapi dia justru baik dan dekat dengan anak-anak.”
Dipesankan Dewi, bagi warga yang memelihara hewan jenis apa saja harus mengenal betul sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya agar tidak membahayakan.
Yah namanya juga piara Rotweiller emang ada harta apa di rumahnya sampe harus piara anjing begitu, sekalian aja piara serigala he he he he...
ReplyDeleteasli seremm!!! :( :( :(
ReplyDeleteMakanya ikut pendapat nofie aja...
" JANGAN PIARA BINATANG "
Bagaimanapun itu binatang,dilatih seperti apapun, udah nurut kaya apapun. Tetep aja otaknya BINATANG.
Suatu saat pasti nyakitin kita,meskipun kita majikannya.
:x :x :x :x DAMN!!! DAMN!! DAMN! :x :x :x :x
Terus nge ganti balita nya gimana tuh ceritanya he he he he he he he he he :twisted: :twisted: :twisted:
ReplyDeletengak setuju semuanya...
ReplyDeleteemang, rotweiller jenis yang buas.dan benar seperti dalam postingannya sebelum memelihara binatang, atau apapun kenali dulu.
ReplyDeleteyah paling si pembantu itu suami istri di kasih voucher menginap di four season hotel .... biar ganti balita yang baru hahahahha
ReplyDeleteiya seh nof klo piara binatang buas kudu liat2 dl ga boleh sembarangan....
ReplyDeleteMakanya jangan piara Rotwiller.. piara uler sanca / anakonda aja lebih aman.. ha.ha.ha. :lol: :lol:
ReplyDeleteMakanya juga pake MORE jangan di bawah2 teing :twisted: :twisted: :twisted:
Waduh kasian yang digigit juga si Amel hehehehe... Udah gw edittuh biar ngga kepanjangan di awalnya...
ReplyDeleteOooh... kirain... :P
ReplyDeleteko bang beneran ak dah pake more....cuman ga ngerti deh knp masih panjanggggggggggggg :roll:
ReplyDeleteya Erl udah bener pake-nya kok..cuma jgn di bawah2 teing aja... tuh sama Simon dah di edit jadi bagus lagi :twisted:
ReplyDeletekalo gitu saya pelihara ikan aja yg diikat, biar gak menggigit.. hueheue..
ReplyDeletebtw, postingan melon koq jadi gak ada gambar2nya? cobain pake fasilitas yg di posting lon..
ReplyDeletewakakak welcome back to simon.. rasanya jarang liat dia posting..
ReplyDeleteDuh, sepertinya pemiliknya engga tau bener bagaimana memelihara anjing. Apalagi Rottweiler. Jadi weh, mangsa balita. Ya kumaha atuh, serba salah...belain anjing gak berperikemanusiaan, belain manusia gak berperikebinatangan. Yahhh...segala sesuatu ada sebab dan :cry: akibat.
ReplyDeletemaklum gw baru beres bertapa untuk mendalami ilmu menghilang gitu, rojer... :D
ReplyDeleteanjing x an semua
ReplyDeleteSetuju Panjol !! ANJING kamu !! ha.ha.ha.ha.... emang beritanya si Anjing makan Balita kok.. kalo beritanya orang gila tulis comment, ya aku maki juga.. ORANG GILA kamu !! ha.ha.ha.
ReplyDeletepanjol lu yang anjing kali....dikasih makan apa lu njing panjol....jangan makan balita ya.
ReplyDeleteha.ha.ha. geloooowwwwww ha.ha.ha.
ReplyDeletepiara kutu aja di kepala..jinak koq
ReplyDelete