Dalam satu tahun umat Buddha merayakan empat kali hari raya. Empat hari raya yang diperingati umat Buddha adalah: Vesākha Pūjā, Āsaḷhā Pūjā, Kaṭhina Pūjā, dan Māgha Pūjā.
Māgha Pūjā terjadi antara bulan Februari-Maret, Vesākha Pūjā terjadi antara bulan Mei-Juni, Āsaḷhā Pūjā terjadi antara bulan Juli-Agustus dan Kaṭhina Pūjā terjadi antara bulan Oktober-November.
Peringatan Māgha Pūjā mempunyai empat ciri, yaitu:
- Pada kesempatan itu, hadir 1250 orang bhikkhu.
- Mereka semua telah mencapai tingkat Arahatta (khīṇāsava) yang memperoleh penabhisan ehi bhikkhu upasampadā (para bhikkhu tersebut ditabhiskan sendiri oleh Sang Buddha)
- Mereka (para bhikkhu), tanpa diundang, hadir di tempat Sang Bhagava.
- Dalam pertemuan itu, Sang Bhagava melakukan visuddhi uposatha, membabarkan Ovādapāṭimokkha, di Veluvana Ārāma dekat hutan Kalandakanivāpa, saat purnama senja hari di bulan Māgha.
Khantiparamaṁ tapo tītikhā Nibbānaṁ paramaṁ vadanti buddhā Na hi pabbajjito parūpaghāṭi Samaṇo hoti paraṁ viheṭhayanto Sabba pāpassa akaranaṁ Kusalass’ūpasampadā Sacitta pariyodapanaṁ Etaṁ Buddhānasāsanaṁ Anūpavādo anūpaghāto Pāṭimokkhe ca saṁvaro Mataññutā ca bhattasmiṁ Patañca sayanāsanaṁ Adhicitte ca āyogo Etaṁ Buddhānasāsanan’ti | Kesabaran, ketabahan adalah cara melatih batin terbaik. Para Buddha bersabda: nibbāna adalah yang tertinggi. Seseorang yang melukai orang lain, menyakiti orang lain, bukanlah seorang petapa, bukan seorang samana. Tak berbuat segala keburukan, mengembangkan kebajikan, menyucikan pikiran sendiri, ini adalah ajaran para Buddha. ak menghujat, tak menyakiti, terkendali dalam tata susila, tahu ukuran dalam hal makan, hidup di tempat yang tenang, berusaha mengembangkan pikiran luhur, ini adalah ajaran para Buddha |
Sīla, samādhi, dan paññā telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagava, Sang Pengetahu, Sang Penglihat, yang Mahasuci, yang telah mencapai penerangan Sempurna, melalui aneka uraian. Sīla diajarkan oleh Sang Bhagava mulai dari yang paling dasar yaitu Pañcasīla Buddhis, sīla yang lebih tinggi yaitu: “Seorang bhikkhu melaksanakan sīla dengan baik, mengendalikan diri sesuai dengan pāṭimokkha, sempurna dalam tindak-tanduk dan bepergiannya, melihat bahaya dari kesalahan dan walaupun kecil terlatih dengan bertekad menaati peraturan-peraturan.
Pelaksanaan samādhi, diajarkan oleh Sang Buddha mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu: menggunakan nibbāna sebagai objek, mencapai keteguhan pikiran, mencapai pikiran yang terpusat. Samādhi yang lebih tinggi adalah pencapaian jhana-jhana dari jhana pertama sampai jhana ke empat.
Pelaksanaan paññā diajarkan oleh Sang Bhagava mulai dari tingkat yang paling dasar yaitu mengetahui muncul dan lenyapnya pañca khanda yang mampu menghantarkan lenyapnya dukkha secara benar dengan penembusan total. Pelaksanaan paññā yang lebih tinggi diajarkan oleh Sang Bhagava yang berupa empat ’kebenaran mulia’ yaitu: dukkha, sebab dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha.
Pelaksanaan samādhi yang dilandasi dengan pengembangan sīla, akan memberi hasil yang besar (mahapphala), memberi keuntungan besar (mahanisaṁsa). Paññā, yang dilandasi dengan pengembangan pikiran (citta), yang dilandasi dengan pengembangan paññā, akan sempurna, terbebas dari segala noda batin, yakni: kāmāsava: noda batin berupa nafsu indria, bhavāsava: noda batin berupa kesenangan kemenjadian, avijjāsava: noda batin berupa ketidaktahuan.
Karena itulah kita patut berlatih dengan tekad seperti demikian ini, ”Kita akan menjadi orang yang berusaha keras dalam tekad menjalankan sīla yang luhur (adhisīla), melatih pikiran yang luhur (adhipaññā). Kita akan berlatih tanpa kelengahan.
Selamat Māgha Pūjā 2552, Semoga Berkah Māgha Pūjā Selalu Menyertai Kita.
Oleh: Bhikkhu Piyadhiro
(15 Februari 2009)
Tuh aku edit spy lebih enak di lihat.. sebenernya bagus tuh YY, cuma apa gak agak berat? he.he.he.
ReplyDeletewah makasih bang.sori ngak ngerti maksud yg bagus dan aga beratnya.yg mana nya neh ? :D
ReplyDeleteIsinya bagus, cuma agak berat, mungkin gara2 agak susah di baca... atau gak biasa baca ginian
ReplyDelete