Dapet dari obrolan milis tetangga, mungkin rada pusing bacanya... harap maklum...
Di Bandung ada
Jl. Yun Liong, (kapitein Chinese),
Jl. Yap Loen (nama developernya),
Gg. Sim Tjong,
Gg. Souw Tjin Kie ,
Kompato sianto,
Gg. Gwan An (Kok Gwan & Kok An, 2 saudara kaya pemilik tanah)
Jl. Yo Sun Bie (saudagar kain kaya ),
Gg. Luna, (Lun An , Yap Lun & Kok An , besanan orang kaya),
Kong Liong (Kong Seng & Liong Seng; 2 bersaudara putra Kok An).
Di Jakarta
Kwitang ada 2 versi:
Versi 1:
Nama Kwitang berasal dari Kwik Tang Kiam, seorang tuan tanah China yang kaya dan hampir semua tanah yang trdapat di daerah tersebut adalah miliknya. Saking luasnya tanah milik Kwik Tang Kiam, orang Betawi menyebut kampungnya si Kwi Tang. Mengenai mengapa banyak orang keturunan Arab tinggal di sana, ada cerita lain lagi.
Kwik Tang memilki seorang anak tunggal yang suka berjudi dan mabuk. Setelah Kwik Tang Kiam meninggal dunia, anaknya yang suka berjudi dan mabuk itu, malah menjual semua tanah milik bapaknya kepada saudagar keturunan Arab. Sejak itulah banyak keturunan Arab yang tinggal di kampung Kwitang.
Versi 2:
Kwitang berasal dari frasa "Gnuidang" yakni nama propinsi Guangdong dalam lafal Hokkian logat Ciangciu/Zhangzhou, logat Hokkian yang paling banyak dipakai di Jawa. Dalam logat Emui/Xiamen,
lafalnya adalah Gngdang. Sulit diterima "dongeng" bahwa Kwitang dianggap berasal nama seorang tuan tanah bernama "Kwik Tang Kiam", karena:
1. Di Batavia dan Jabar tidak ada marga Kwik, yang ada adalah Kwee, misalnya Luitenant der Chineezen Kwee Hoen Khoa/Guo Xun Guan, yang menurut Khaij Pa Lek Taij Soe Kie (Sejarah Pembangunan
Batavia), merupakan pendiri Kelenteng Kim Tek Ie pada 1650. Marga Kwik adanya di Jawa Tengah, Kwik Kian Gie, misalnya, yang keluarganya berasal dari Lasem (PCMIIW) yang pindah ke Semarang.
2. Seingat saya tidak pernah kita temui kasus bahwa nama tuan tanah dijadikan nama tempat. Di Residentie Batavia dan sekitarnya doeloe banyak sekali tanah partikulir, yang dijual Daendels kepada orang Eropa, Tionghoa, dan Arab, tidak ada satu pun yang kita ketahui memakai nama tuan-tanah sebagai namanya.
Sehubungan dengan hal ini saya jadi teringat akan "dongeng" yang pernah beredar tentang asal-muasal Wayang Cokek, penari profesional dalam suatu pertunjukan Gambang Kromong, semacam doger, ronggeng,
tledhek dalam budaya Sunda-Jawa. "Dongeng" ini sampai pernah masuk koran terkemuka (saya lupa tanggalnya). Menurut "dongeng" ini Wayang Cokek ini katanya berasal dari nama tuan tanah Mauk, kini
sebuah kecamatan di kabupaten Tangerang, Banten, yang bernama Tan Sio Kek, yang mempunyai rombongan penari perempuan sebagi anak buahnya.
Nah, karena tuannya bernama Tan Sio Kek, maka anak buahnya kemudian disebut Wayang Cokek, bla bla bla... Padahal istilah Wayang Cokek menurut penelitian saya berasal dari kata Wayang dan Cokek. Wayang
artinya Anak Wayang (Artis) dalam bahasa Melayu (sekarang masih dipakai di Malaysia dan Singapura), sedangkan Cokek dari frasa Hokkian Chioo-khek, yang artinya "menyanyi". Jadi sama sekali tak ada hubungannya dengan Tan Sio Kek segala rupa (siapa pula tuh?) dan tak ada hubungannya dengan Tangerang, apalagi dengan Mauk. Begitu pula tentang anak "Kwik Tang Kiam" yang katanya suka berjudi dan mabok, bla bla bla...!
Entah dari mana si pembuat "dongeng" ngawur ini mendapatkan idenya.
Gg. Lo Soe Fan (seorang pengusaha kecap di Mangga Besar 9), Leonielaan (putri seorang hartawan Tionghoa kondang di Jatinegara),
Jl. Jap-Djenet (Jap yang Tionghoa dan Djenet yang Arab berkongsi mendirikan jalan itu?), keduanya di Jatinegara.
Gg. Hoay Giok (Palmerah Utara I-Regina Pacis),
Gg. Eng Soen (Palmerah Utara II) di Slipi, Petak Eng Gie (Kemenangan berapa ya?) di kawasan Toasebio.
Maaf, saya belum bisa menjelaskan siapakah tokoh-tokoh tersebut.
Di kawasan Jalan P. Jayakarta, ada yang disebut Pecah Kulit, katanya dulu di situ tempat eksekusi 'pemberontak' yang dirajam pakai cambuk sehinga kulit-nya pecah-pecah semua.
Ada satu jembatan atau gang yang disebutnya jembatan (gang) Bo-ciang. Itu mestinya menunjuk ke nama seseorang juga.
Ada pula yg dinamakan karen tanah tersebut milik seorang tokoh masyarakat/tuan tanah, di atasnya dibangun persil-persil yang disewakan (thiap) kepada penyewa. Karena itu banyak nama si pemilik
tanah yang kemudian dijadikan nama laan (gang) yang terbentuk di atasnya, namun biasanya nama tersebut tidak menjadi nama weg (jalan) atau straat (jalan besar), karena yang menamai jalan dan jalan besar
adalah pemerintah, bukan swasta (PCMIIW), apalagi penduduk. Nama gang/laan yang pemiliknya terdahulu adalah orang Eropa misalnya Gang Ribal (Ribald, Pintu Besar Selatan I), Gang Scott (Budi Kemuliaan)
dan Laan Holle (Jalan Sabang). Selain itu ada Alaydroeslaan (Jl Alaydrus) yang orang Arab.
Saya belum selidik, apa ada nama weg atau straat yang diambil dari nama individidu atau perusahaan. Dari sekian nama weg atau straat yang tentu banyak sekali, contohnya Angkeweg (Jl. Angke-P. T. Angke
di Jakarta Barat), Jacatraweg (Jl Djakarta-P. Jayakarta), Matramanweg (Jl Matraman), Handelstraat (Jl Perniagaan-Suryakancana di Bogor) dan Tepekongstraat (Jl Coklat di Surabaya).
Tentang Bo Tjiang, itu adalah pabrik kayu N. V. Handel Mij. Bo Tjiang, beralamat di Buitenkaaimanstraat 22, Batavia Stad. Entah jalan itu apa namanya sekarang.
Kalau saya lihat, penamaan suatu tempat jaman dulu secara gampangan dan sederhana saja, tidak ada aturan tertentu. Kalau yang terkenal di daerah tsb adalah nama buah, banyak pohonnya ditanam, ya disebut secara nama buah: Kebun Nanas, Kebun Jahe, Kebon Pring (bambu), Kebon Blimbing. Kalau kebetulan di daerah tsb ada nama orang yang beken, bisa karena pemilik tanah tsb, bisa karena tokoh dermawan, tokoh dagang atau punya pabrik, ya penduduk setempat menamainya sesuai dengan nama si tokoh beken itu. Atau juga karena banyaknya orang-orang berprofesitertentu, atau jabatan tertentu. Misal: Pademangan - dari demang.
Sekarang ajah orang pikirannya makin rumit, makin canggih. Untuk menamai satu jalan saja kudu dikaitkan dengan jasa kepahlawanan seseorang.
Ada kesan pengkultusan? Lha kalau lantas jaman berubah, politik berubah juga, lantas ganti nama gara-gara penguasa tidak suka ama dia?
Yang unik dan terkesan agak memaksa itu nama-nama jalan yang dibuat oleh para pengembang. Misal, di kawasan Bintaro, anda akan menemukan nama-nama jalan yang persis plek ditiru dari nama-nama jalan di kawasan Menteng. Untuk mengangkat nama kawasan di udik, dibuatlah nama-2 yang berbau Menteng, Kemang yang sudah lebih dulu terkenal sebagai nama kawasan elite dan mewah.
Yang lucu tentu saja nama Buncit Indah, lha buncit itu perut yang besar ke depan, apa indahnya orang yang berperut buncit coba ya? :D)
Masih mendinglah buncit melambangkan makmur daripada dinamakan Kempes Indah........gak enak di bacanya kan huehuehuehue..
Lalu, kawasan Kelapa Gading, karena mengandung nama 'Kelapa', jadi seolah ada keharusan menamai dengan nama 'kelapa'. Kelapa Cengkir, satu contohnya, apakah memang ada jenis kelapa bernama 'cengkir'? Yang ada juga mangga cengkir - mangga Indramayu. Begitu juga dengan kawasan di daerah Serpong, Tangerang. Ada nama Alam Sutera, lalu semuanya kudu pake 'sutera' (jangan salah dengan 'sutra', tanpa 'e', beda artinya) jadi ada Sutera Niaga, Sutera Buana, dan sutera-sutera lain.
Dan, karena pengembang Kelapa Gading sukses besar, lantas mereka melanjutkan suksesnya di Gading Serpong, kalau nanti sukses lagi, bisa saja akan menyusul Gading Bekasi, Gading Sentul, dan gading-gading
lain-lain di mana-mana saja.
Itulah makna kebebasan dan privatisasi, suka tak suka, inilah fakta yang ada. Memang sih, katanya tiada gading yang tak retak sih, jeh!
Begitu ajah sih, kira-kira...
etnis tionghoa yang dibenci sekaligus disayang!
ReplyDeleteINDONESIA itu aneh!
63 tahun merdeka, pikiran mayoritas orang2nya masih kacau!
Belanda dulu ngadu domba indonesia termasuk rakyatnya.
etnis tionghoa Vs pribumi. urusan dagang ama tionghoa, urusan administratif negara ama pribumi....
sampe sekarang masih dipertahankan tu tradisi adu domba, katanya demokrasi!
trus sampe sekarang masih aja sentimen ama tionghoa! padahal kita tu udah minoritas! dan kakek nenek kita juga pasti ada yang berjuang buat kemerdekaan bahkan sampe gugur,...tapi selalu aja disudutkan! bukannya benci ama BELANDA yang membuat sistemnya tapi malah sama produknya ! Indonesia..indonesia..halah!
tapi.. krn skrg 17 AGUSTUS.... MERDEKAAAAA!
ReplyDeleteiya Goez tradisi adu domba masih ada... di Garut kan kalo gak salah ??? Hahahahaha.... MERDEKA juga deh !!!
ReplyDeleteIya aneh tuh Indonesia, apalagi skg...org2 pribumi yg katanya nyebut belanda penjajah, tapi bangga and sombuongnYa bukan maen kalo ada sodara di belanda ato ada sedikit kecipratan keturunan belanda....idiiiihhh.....yg berbau luar negri eropaan ato amrikan ato ausie ausie an aje numpang tenar n keangkat.cuih!
ReplyDeleteMerdeka??? 8O 8O 8O 8O 8O kapaaaaannnn ??? 8O 8O 8O 8O 8O
ReplyDeleteDuh Cha... bentar lagi kalo Cha punya keturunan, brarti keturunan luar negri n berbau eropa.. koq di cuih-in. Kita aja bangga banget koq, punya temen Cha yang di Jerman, bilang2 ke tetangga, temen, sodara, pak RT, satpam, tukang parkir, tukang baso, dll...
ReplyDeleteMaksudnya sebelom ngutang cerita dulu tuh kalo gw tuh punya temen di Jerman... jd pada percaya n dikasih utangan hahahaha....
MERDEKA Bang... kemaren waktu 17 an, gw merdeka gak nganter anak ke sekolah... merdeka bisa bangun rada siangan... memang Bambang gak ikutan lomba panjat pinang? hadiahnya sekarang plasma tv sama blackberry... kalo di RT nya Macan pasti hadiahnya MACbook... hahaha...
Itulah Indonesiaaaa... :mrgreen:
ReplyDeletegak lah..itu kalau gw jadi mentri atau di dpr tar kalian aku kasih macbook air masing2x satu yah... :mrgreen:
ReplyDeleteada yang tau asal usul nama jalan astana anyar bandung??? pliissss bantu yah!!! penting..
ReplyDeletethanks before
Nah lho.. aku coba cari2 gak ketemu nih Riyan, mungkin kalau tebakan aku,mungkin dulu itu tempat Istana Baru? ha.ha.ha.
ReplyDeletehey foto nya di minta iya bu
ReplyDeleteJap Djenet adalah sebuah firma kongsi antara Jap Hong Giam dan Alibadjenet. Usaha mereka terutama dibidang tanah dan perumahan. Dijaman Belanda banyak tanah dan perumahan daerah Jakarta dan Jawa Barat kepunyaan mereka.
ReplyDelete