Ada banyak konsepsi yang keliru serta mitos yang dirangkul orang tentang para pemimpin serta kepemimpinan. Berikut ini adalah lima yang umum:
Ada suatu kesalahmengertian yang luas bahwa memimpin serta mengelola itu sama. Hingga beberapa tahun lalu, buku- buku yang mengklaim membahas kepemimpinan sering kali hanyalah membahas tentang manajemen. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa kepemimpinan itu adalah soal mempengaruhi orang lain sehingga menjadi pengikut, sementara manajemen memfokuskan pada sistim serta proses. Seperti yang dikomentari oleh mantan pimpinan puncak merangkap Direktur Utama Chrysler, Lee Iacocca, "Terkadang bahkan manajer yang terbaikpun menjadi anak kecil dengan seekor anjing besar, menunggu ke mana anjingnya itu ingin pergi agar ia dapat membawanya ke sana."
Cara terbaik untuk menguji apakah seseorang dapat memimpin ketimbang hanya mengelola adalah dengan memintanya untuk menciptakan suatu perubahan positif. Para manajer dapat mengelola arahan, namun tak dapat mengubahnya. Untuk menggerakan orang ke arah yang baru, Anda membutuhkan pengaruh.
Seringkali, orang berasumsi bahwa semua pramuniaga serta usahawan itu adalah pemimpin. Namun tidaklah selalu demikian. Anda mungkin ingat iklan Ronco yang muncul di televisi beberapa tahun yang lalu. Mereka menjual barang-barang seperti Veg-O-Matic, Pocket Fisherman, dan Inside-the-Shell Egg Scrambler. Produk-produk tersebut adalah hasil karya seorang usahawan bernama Ron Popeil. Disebut sebagai pramuniaga abad ini, ia juga telah muncul di berbagai iklan untuk berbagai produk seperti pencegah kebotakan serta alat pengering makanan.
Popeil memang berjiwa dagang, inovatif dan sukses, terutama jika Anda mengukurnya dengan $300 juta nilai penjualan yang telah diraihnya. Namun itu tidaklah menjadikannya seorang pemimpin. Orang mungkin membeli barang yang dijualnya, namun tidak menjadi pengikut dia. Paling banter, ia hanya dapat membujuk orang sejenak, namun tidak memiliki pengaruh jangka panjang terhadap mereka.
Sir Francis Bacon mengatakan, "Pengetahuan itu adalah kekuasaan" (Knowledge is Power). Kebanyakan orang, yang percaya bahwa pengetahuan adalah inti dari kepemimpinan, otomatis berasumsi bahwa mereka yang memiliki pengetahuan serta intelegensialah yang menjadi pemimpin. Namun tidak otomatis demikian. Anda dapat mengunjungi sebuah universitas besar dan menemukan para ilmuwan riset serta ahli filsafat yang brilian, yang kemampuan berpikirnya begitu tinggi, namun kemampuan memimpinnya begitu rendah. IQ belum tentu menjamin kemampuan memimpin.
Ada lagi konsep keliru bahwa siapapun yang ada di depan kerumunan orang banyak adalah seorang pemimpin. Namun menjadi yang pertama tidaklah selalu sama dengan memimpin. Umpamanya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama yang mencapai puncak Mount Everest. Sejak pendakiannya yang bersejarah pada tahun 1953, banyak orang telah "mengikuti"nya dalam mencapai upaya tersebut. Namun itu tidak menjadikan Hillary seorang pemimpin. Ia bahkan bukan pemimpin ekspedisi tersebut. John Hunt lah pemimpinnya. Dan ketika Hillary pergi ke Kutub Selatan pada tahun 1958 sebagai bagian dari Ekspedisi Commonwealth Trans-Atlantic, ia lagi-lagi menyertai seorang pemimpin, yaitu Sir Vivian Fuchs. Untuk menjadi seorang pemimpin, seorang bukan saja harus berada didepan, melainkan juga berhasil membuat orang-orang mengikuti di belakangnya, mengikuti pimpinannya, dan menindak lanjuti visinya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kesalah mengertian yang terbesar tentang kepemimpinan adalah bawah orang menyangka kepemimpinan itu didasarkan pada posisi, padahal bukan. Stanley Huffty menegaskan, "Bukan posisi yang menjadikan seseorang pemimpin; justru kepemimpinannyalah yang membuat posisi tersebut."
Lihatlah apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Cordiant, agen periklanan yang dulunya dikenal sebagai Saatchi & Saatchi. Pada tahun 1994, para investor institusional memaksa dewan direksi di Saatchi & Saatchi memecat Maurice Saatchi, Direktur Utamanya ketika itu. Apa akibatnya? Beberapa eksekutif ikut mengundurkan diri. Begitu pula banyak klien besarnya, termasuk British Airways serta Mars, pembuat permen. Pengaruh Saatchi begitu besar sehingga kepergiannya menyebabkan saham perusahaan langsung jatuh dari $8 5/8 menjadi $4 per saham. Itu adalah akibat dari Hukum Pengaruh. Saatchi kehilangan gelar serta posisinya, namun ia terus menjadi pemimpin.
Selanjutnya : Siapakah Pemimpin yang Sesungguhnya?
1. MITOS MANAJEMEN
Ada suatu kesalahmengertian yang luas bahwa memimpin serta mengelola itu sama. Hingga beberapa tahun lalu, buku- buku yang mengklaim membahas kepemimpinan sering kali hanyalah membahas tentang manajemen. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa kepemimpinan itu adalah soal mempengaruhi orang lain sehingga menjadi pengikut, sementara manajemen memfokuskan pada sistim serta proses. Seperti yang dikomentari oleh mantan pimpinan puncak merangkap Direktur Utama Chrysler, Lee Iacocca, "Terkadang bahkan manajer yang terbaikpun menjadi anak kecil dengan seekor anjing besar, menunggu ke mana anjingnya itu ingin pergi agar ia dapat membawanya ke sana."
Cara terbaik untuk menguji apakah seseorang dapat memimpin ketimbang hanya mengelola adalah dengan memintanya untuk menciptakan suatu perubahan positif. Para manajer dapat mengelola arahan, namun tak dapat mengubahnya. Untuk menggerakan orang ke arah yang baru, Anda membutuhkan pengaruh.
2. MITOS USAHAWAN
Seringkali, orang berasumsi bahwa semua pramuniaga serta usahawan itu adalah pemimpin. Namun tidaklah selalu demikian. Anda mungkin ingat iklan Ronco yang muncul di televisi beberapa tahun yang lalu. Mereka menjual barang-barang seperti Veg-O-Matic, Pocket Fisherman, dan Inside-the-Shell Egg Scrambler. Produk-produk tersebut adalah hasil karya seorang usahawan bernama Ron Popeil. Disebut sebagai pramuniaga abad ini, ia juga telah muncul di berbagai iklan untuk berbagai produk seperti pencegah kebotakan serta alat pengering makanan.
Popeil memang berjiwa dagang, inovatif dan sukses, terutama jika Anda mengukurnya dengan $300 juta nilai penjualan yang telah diraihnya. Namun itu tidaklah menjadikannya seorang pemimpin. Orang mungkin membeli barang yang dijualnya, namun tidak menjadi pengikut dia. Paling banter, ia hanya dapat membujuk orang sejenak, namun tidak memiliki pengaruh jangka panjang terhadap mereka.
3. HUKUM PENGETAHUAN
Sir Francis Bacon mengatakan, "Pengetahuan itu adalah kekuasaan" (Knowledge is Power). Kebanyakan orang, yang percaya bahwa pengetahuan adalah inti dari kepemimpinan, otomatis berasumsi bahwa mereka yang memiliki pengetahuan serta intelegensialah yang menjadi pemimpin. Namun tidak otomatis demikian. Anda dapat mengunjungi sebuah universitas besar dan menemukan para ilmuwan riset serta ahli filsafat yang brilian, yang kemampuan berpikirnya begitu tinggi, namun kemampuan memimpinnya begitu rendah. IQ belum tentu menjamin kemampuan memimpin.
4. MITOS PELOPOR
Ada lagi konsep keliru bahwa siapapun yang ada di depan kerumunan orang banyak adalah seorang pemimpin. Namun menjadi yang pertama tidaklah selalu sama dengan memimpin. Umpamanya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama yang mencapai puncak Mount Everest. Sejak pendakiannya yang bersejarah pada tahun 1953, banyak orang telah "mengikuti"nya dalam mencapai upaya tersebut. Namun itu tidak menjadikan Hillary seorang pemimpin. Ia bahkan bukan pemimpin ekspedisi tersebut. John Hunt lah pemimpinnya. Dan ketika Hillary pergi ke Kutub Selatan pada tahun 1958 sebagai bagian dari Ekspedisi Commonwealth Trans-Atlantic, ia lagi-lagi menyertai seorang pemimpin, yaitu Sir Vivian Fuchs. Untuk menjadi seorang pemimpin, seorang bukan saja harus berada didepan, melainkan juga berhasil membuat orang-orang mengikuti di belakangnya, mengikuti pimpinannya, dan menindak lanjuti visinya.
5. MITOS POSISI
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kesalah mengertian yang terbesar tentang kepemimpinan adalah bawah orang menyangka kepemimpinan itu didasarkan pada posisi, padahal bukan. Stanley Huffty menegaskan, "Bukan posisi yang menjadikan seseorang pemimpin; justru kepemimpinannyalah yang membuat posisi tersebut."
Lihatlah apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Cordiant, agen periklanan yang dulunya dikenal sebagai Saatchi & Saatchi. Pada tahun 1994, para investor institusional memaksa dewan direksi di Saatchi & Saatchi memecat Maurice Saatchi, Direktur Utamanya ketika itu. Apa akibatnya? Beberapa eksekutif ikut mengundurkan diri. Begitu pula banyak klien besarnya, termasuk British Airways serta Mars, pembuat permen. Pengaruh Saatchi begitu besar sehingga kepergiannya menyebabkan saham perusahaan langsung jatuh dari $8 5/8 menjadi $4 per saham. Itu adalah akibat dari Hukum Pengaruh. Saatchi kehilangan gelar serta posisinya, namun ia terus menjadi pemimpin.
Selanjutnya : Siapakah Pemimpin yang Sesungguhnya?
wah seru nih bang.. thanks udah mo ketikin buat kita2.. :D
ReplyDelete