Skip to main content

Minta masukkan...4(member only)

bab 4/12.sori banget ini postingan cerita yg terakhir.flasdisk g ngaco.bab 5-12 ngak kebaca...sori bagi member yg pengen baca sambungannya(pede aja hahaha)







BAB IV



PERJALANAN AKHIR PEKAN



 



Ramai sekali suara – suara di luar asrama, berbeda dengan pagi kemarin. Kali ini matahari masih saja bermalas – malasan di balik pegunungan, hanya saja kali ini tidak ada selimut awan.



Justine melihat ruangan sudah sepi dari biasanya, Ranjang – ranjang sudah banyak yang di rapikan.



‘Tuhan, kembali aku ucapkan syukur, akan hari yang Kau berikan. Terutama hari ini, dimana kami akan berlibur. Sertai kami dalam perjalan. Amin’



‘Arche..!!!’ panggil Justine sambil melongokkan kepala ke bawah ranjang. Tapi dia tidak menemukan Arche, ranjangnya masih berantakkan.



‘Justine, kau mencari Arche ? ‘ Tanya Neffile pelan.



‘Oh ya’ balas Justine sembari membalikkan badan kearah Neffile.



‘Tadi aku bertemu dengannya di kamar mandi, mungkin sebentar dia akan datang.’ Neffile menjelaskan sambil menyimpan peralatan mandi dan membereskan ranjang.



‘Thanks…, ada rencana kemana hari ini ?’ Tanya Justine masih bermalas – malasan di ranjangnya.



‘Tidak ada, orang tua ku kebetulan sedang ada keperluan pergi mengunjungi paman dan bibiku.Jadi Aku diasrama saja.’



‘Jika kau tidak keberatan, ikut serta dengan kami saja, Aku, Arche, Dean dan Gillian akan memancing di danau, dan kembali besok pagi.’



‘Sungguh ?’



‘Yup, aku rasa mereka tidak akan keberatan.’



‘Tapi…’



‘Kenapa ?’



‘Aku belum meminta ijin untuk keluar dari asrama, dan baru saja Father dan Pak Nail berangkat ke kota ’



Segera Justine loncat dari ranjang dan berlari ke jendela, Neffile mengikuti Justine walaupun Neffile tidak pasti apa yang akan dilakukan Justine, hanya menebak apakah dia kan mencari Father. Dan betul saja Justine memang mencari Father, tampak beberapa anak sedang menaiki kereta kuda. Mereka dijemput oleh orang tua masing masing. Tampak Kak Eldo, mungkin kak Eldi, karena Justine tidak begitu bisa melihat jelas, sedang memeriksa  dan memastikan segala sesuatunya beres.



‘Itu, sudah keluar dari pintu gerbang’ seru Neffile



‘Yeah..’ Kedua keduanya melemas.



Sebelummnya Neffile bersemangat akan ajakan Justine, tapi sekarang melemas karena sudah sangat mungkin dia tidak bisa pergi. Dan Justine pun ikut melemas, bukan karena Neffile tidak mungkin bisa ikut dalam perjalanannya kali ini, tapi dia yakin melihat gadis yang sedang menjadi perhatiaannya, duduk dikereta kuda yang berpapasan dengan kereta Father.



Kereta yang bagus, tertutup, hitam, dihiasi ukiran berwarna coklat emas. Dengan kuda HORSETAPAL, putih terang bersinar, tegap, berbulu putih perak. Kereta yang sangat mewah, dan kuda yang sangat terurus. Tidak begitu dengan kereta asrama. Kereta terbuka, terbuat dari kayu kasar. Justine melihat sekilas gadis itu melambai kearah Father, memang sedikit dia memastikan gadis itu dari balik jendela kereta yang setengahnya tertutup kain.



Seandainya aku mempunyai orang tua , mungkin aku mempunyai kesempatan berpapasan dengannya. Dan mungkin aku bisa beranikan diri untuk berkenalan dengannya. Tapi melihat kereta kuda mu yang begitu bagus, ah…entah kapan aku bisa tahu namamu? Dan kapan kita bisa berkenalan. Anggun sekali kamu duduk didalam kereta…



Justine masih saja menyingkap gaun nyonya tua, dan untungnya itu bukan gaun nyonya tua dalam arti sebenarnya. Kalau tidak, habis lah Justine.



‘Justine….’ Teriak Arche



‘Cepat dong…kok malah bengong – bengong di jendela. Kemarin didepan lemari, sekarang di depan jendela ‘ Arche menarik Justine dari pinggir jendela, padahal Justine masih ingin melihat bayang – bayang gadis itu. Arche tampak seperti seorang ayah yang sedang menarik anaknya yang merengek tidak mau pergi dari depan toko mainan.



‘Oke oke sabar sedikit kenapa sech…’  bantah Justine akan tindakan Arche.



‘Aku , Dean, dan Gillian akan menunggu kau di gudang, peralatan ini aku bawa, biar aku yang simpankan’ Arche melanjutkan langkah keluar ruangan dan menyambar tas di atas meja. ‘Dan tolong ya sekalian bereskan tempat tidurku’ nyengir Arche melonggok dari pintu.



‘yeah...yeah...yeah...’ Justine membalas dengan malas.



‘Kau mau tetap ikut dengan kami ?’ Tanya Justine kembali kepada Neffile yang sedang duduk membaca.



‘loh bukannya ….’ Neffile bermaksud menggingatkan bahwa Father telah berangkat kekota.



‘Aku yang akan membereskannya, tapi kau bantu aku membereskan tempat tidurku dan Arche.bagaimana ?’



‘eee…eee’



‘sudahlah tenang saja…’ Justine melangkah keluar kamar lengkap dengan peralatan mandi, meninggalkan Neffile masih terbengong ragu untuk mengikuti rencana Justine.



 



Tampak Dean, Gillian dan Arche sudah menunggu duduk santai di depan gudang. Dan mereka sedikit menaikkan badan untuk melihat siapa yang berjalan disebelah Justine.



‘Maaf teman, bisa aku ajak dia ?’ Tanya Justine



‘Tentu saja’ balas  Gill dan Arche hampir bersamaan.



 ‘Oke lah…, kalau semua sudah siap, mari kita jalan’ ajak Dean mendahului teman – temannya beranjak dari depan gudang.



 ‘Biar aku saja yang membawanya‘ kata Arche ketika Justine hendak mengambil pancingan Justine, dan ‘Tas mu, aku yang bawakan ‘ Gill menyambung Arche



‘Hei, ada apa ini ?’ protes Justine



 ‘Tenanglah yang mulia ?‘ serempak Dean, Arched an Gill setengah membungkuk dan Neffile pun bingung apakah dia harus ikut membungkuk memberi hormat pada Justine. Tidak ada tampang bercanda dan tawa dari mereka bertiga, jadinya Neffile pun ikut membungkuk.



‘Neffile !!!’ seru Justine.



‘Ha ? eee…eee….’ Neffile kikuk sejadi jadinya.



 ‘Sudah hentikan teman !!!’ Justine berusaha merebut tas dan pancingan, namun Dean sedikit menghalangi sehingga Gill dan Arche keburu berlari sambil menahan tawa. Dan Justine mengejar mereka.



‘Ada apa ini Dean ? Apakah kalian sedang mencandai Justine ?’ Tanya Neffile mengikuti Dean.



‘Tidak. Apakah kau belum tahu jika Justine merupakan anak raja?



‘Serius ?’



‘Yup, dan berarti kau orang ke 4 yang mengetahui ini. Jaga rahasia ini Neff. Ingat !!! jangan sampai orang lain tahu.’ Dean memperingatkan Neffile sangat serius sekali.



‘O…o…oke oke’ Neffile mengiyakan.



Dean kembali berjalan memimping Neff dengan muka cekikian, membayangkan muka Neffile yang sungguh sungguh percaya bahwa Justine adalah putra raja.



Kebun asrama masih sepi, mungkin anak – anak kelas junior masih sarapan. Baru saja Dean dan Neffile melewati perkebunan asrama, ketika Nirina memanggil Dean. Dan Dean membalas dengan melambai dan menunjuk arah pertemuan.



‘Hai…Dean. Kok Cuma berdua ?’ Tanya Nirina



‘Oh tidak mereka sudah berjalan duluan, mungkin mereka menunggu di batas hutan.Dan kalian….oh, saya Dean’ Dean menoyodorkan tanggan melihat 2 orang yang asing baginya. Sedangkan Neffile hanya diam mengamati.



‘Aprilia’



‘Octavia’



‘Hai Jean, Whiteney, Chaty’ sapa Dean dan Neffile masih saja diam.



‘Aku ajak mereka, tadinya seh mau pulang kerumah, tapi mendengar kita akan pergi memancing, jadinya mereka ikut dengan kami. Tidak bermasalah kan ?’ Nirina menjelaskan keberadaan Aprilia dan Octavia.



‘Oh tentu saja tidak’



‘Oh…ya, ini Neffile’ Dean menarik Neffile bermaksud mengenalkannya.



‘Oh… hallo Neffile, saya Nirina dan ini’



‘Jean’



‘Whiteney’



‘Chaty’



‘Aprilia’



‘Octavia’



Mereka saling mengenalkan diri dan



‘Oh begini yach….pantas kita sudah menunggu hingga jamuran , kau tidak kunjung datang, eh… tau nya lagi asik – asik disini’ Arche datang tanpa maksud menggangu acara perkenalan mereka.



‘Tidaklah, kami baru saja bertemu. Kalau begitu yuk kita jalan’ Dean mengajak teman – temannya beranjak. Sambil menuju  tempat Justine dan Gillian, Dean memperkenalkan Arche begitu juga dengan mengambarkan seperti apa Justine dan Gillian.



Dibelakang asrama, terdapat padang rumput yang tidak begitu luas. Sebagian dipakai untuk berkebun. Lainnya ditumbuhi satu dua pohon kayu besi. Batas belakang kebun terdapat jalan setapak yang menuju hutan, sebelah lainnya menuju asrama putri.



HORSETAPAL timur merupakan daerah hutan berbukit. Kali ini HORSETAPAL timur tidak sepi seperti biasanya. Kesepian yang dipecahkan oleh suara berjalan, bercanda, tertawa . Anak – anak berjalan berbaris seperti barisan semut dengan Dean sebagai pemimpinnya. Dean, Arche bercerita seru mengenai perjalan nanti, Neffile hanya telihat senyum - senyum saja. Dan para wanita seru bertanya, sekali sekali berdecak kagum dan penuh dengan keingin tahuan. Mereka baru sekali ini diijinkan keluar asrama.



Mereka tiba di ujung bukit belakang asrama, tampak  Justine masih sekali sekali berusaha merebut tas nya dari tanggan Gillian. Mereka melanjutkan perjalanan setelah Dean memperkenalkan Gillian dan Justine.



Di ujung bukit terdapat jembatan yang menghubungkan satu pohon dengan pohon lainnya. Terus menyambung dari pohon atau ke pohon lainnya hingga ujung bukit lainnya. Lembah HORSETAPAL timur penuh ditumbuhi pohon kayu besi. Kayunya sangat keras, susah sekali bila dipotong bahkan dengan bantuan gergaji yang paling tajam. Kayunya berwarna hitam seperti gosong dibakar. Pohonnya tumbuh dengan diameter batang 1 hingga 2 meter dan tinggi berpuluh puluh meter. Entah siapa yang mempunyai ide untuk membuat jembatan antar pohon. Ide yang sangat bagus, cukup membantu para pejalan yang  bersusah payah untuk menuruni dan menaiki lembah HORSETAPAL timur. Anak – anak menikmati perjalanan kali ini. Walaupun tampak Neffile, dan anak – anak wanita terlihat takut berjalan diatas jembatan kayu. Terutama bila Dean dan Arche saling membalas jahil mengoyang –goyangkan jembatan. Memang cukup mengerikan bila melihat jauh ke bawah. Cukup tinggi dan bisa membuat beberapa tulang patah bila terjatuh. Tapi jembatan sudah dibuat begitu aman dengan tertutup jaring di sekilingnya. Bahkan jika tali – tali pengikat kayu terputus, masih diamankan oleh jaring – jaring itu.



Dibeberapa pohon, dibuatkan tempat istirahat dengan bentuk melingkari batang pohon dan   dibuatkan tangga untuk turun kebawah. Dan disalah satu pohon kurang lebih ditengah tengah perjalanan, Dean, Gillian dan Arche turun ke dasar lembah untuk mencari cacing untuk umpan memancing nanti. Sedangkan Justine masih saja dianggap sebagai seorang putra mahkota yang tidak layak melakukan kerjaan yang jijik dan kotor, sehingga dibiarkan tetap diatas di tempat peristirahatan. Anak – anak lain juga terheran – heran atas perlakuan Dean, Gillian dan Arche. Setengah tidak percaya bila Justine adalah anak seorang putra raja. Neffile pun sempat menjadi tidak percaya karena berita ini bukan lagi menjadi rahasia, karena anak-anak wanita pun menjadi tahu. Justine tidak berdaya untuk menyanggah pernyataan ke isengan teman – temannya. Sehingga akhirnya Justine memilih menjalani perannya sebagai seorang putra raja. Bersama anak – anak lain, Justine beristirahat sambil menikmati cemilan roti kering. Sekali – sekali anak – anak iseng meneriakkan suara suara kacau hanya untuk membuat gema.



Didaerah yang lembab dan tanah yang basah, sangat mudah mencari cacing atau serangga untuk umpan. Dean, Gillian, dan Arche serius sekali mengkorek korek tanah bahkan membalikkan batang kayu. Sedikit sekali cahaya yang bisa menembus hingga dasar lembah, membuat mereka kesulitan melihat cacing. Tidak seperti pada musim panas, cacing – cacing keluar dari tanah dengan sendirinya, kali ini cacing – cacing lebih memilih tidur di dalam tanah, sehingga mereka lebih banyak mengambil serangga yang dikiranya bisa untuk dipakai umpan.



‘Bisa di Bantu ?’ tanya Nirina setibanya nya di dasar lembah, memecah keseriusan Dean



‘Jika kau tidak jijik tentunya’ Dean membalas dan memberikan potongan dahan. Satu untuk Nirina dan satu untuk Aprilia.



‘Seru juga turun kebawah sini, Jean !!!!, Whiteney !!!, eee... hai kalian diatas, turun lah…baik juga jika kalian melihat ini…’ teriak Nirina.



Semua anak diatas setuju untuk turun, terutama anak – anak wanita. Kapan lagi pikirnya.



Suasana mencekam berubah menjadi lebih ceria, bahkan membuat mereka lupa untuk apa sebenarnya mereka turun kedasar lembah. Justine tidak menyukai berlama – lama disini. Udara yang pengap dan basah, disertai bau bau kayu yang sudah lapuk. Gelap remang – remang, suara serangga, yang kali ini bagi Justine  menakutkan. Menginggat akan sosok yang sebenarnya entah sempat dilihatnya.



 Justine sekali sekali melihat jauh ke dalam pelosok hutan. Entah mengharapkan melihat kembali sosok itu atau tidak mengharapkannya. Akhirnya Justine memilih duduk diatas akar pohon yang menonjol keluar dan melihat Gillian sibuk menerangkan kepada anak – anak wanita, apa yang ditemukan. Entah itu serangga, pohon pohon  suplir, jamur, bebatuan. Dan beberapa mungkin cocok dijadikan cinderamata oleh anak-anak wanita.



Dean asik berdua dengan Nirina, Arche masih saja melihat isi bambo yang dipotong sebagian dan dijadikan tempat cacing –cacing atau serangga – serangga. Mempertimbangkan apakah sudah cukup atau belum. Sedangkan Neffile hanya duduk di anak tangga, mungkin masih terganggu akan pikirannya bila membayangkan bahwa Justine merupakan anak seorang raja ? Terlebih melihat Justine yang hanya duduk sedangkan anak – anak yang lain disibukkan dengan cacing dan seranga.



Pohon, betapa megahnya kau berdiri disini, besar dan tinggi, kuat dan tegap. Bersama teman – teman mu kau hidup dalam kegelapan seperti ini ? Hanya sedikit kau mendapatkan cahaya. Tidak iri kah kau dengan dedaunan diatas sana ? Seperti aku juga merasa iri dengan teman – teman ku saat pagi dijemput orang tua mereka. Siapakah orang tua mu pohon ? Justine melihat sekeliling pohon – pohon dan teman – temannya sudah bersiap untuk naik keatas.



‘Yang mulia, umpan sudah cukup didapat. Baik nya kita melanjutkan perjalanan’ Arche berbicara lembut sekali. Pernyataan Arche di iyakan oleh Dean dan Gillian.



‘Baiklah’ jawab Justine dengan nada dan gaya seorang putra mahkota.



Justine dan Neffile tidak tahu bila Dean sudah memberitahu Nirina dan teman – temannya mengenai akal – akalan ini, ketika mereka sedang sibuk dengan perburuan cacing. Sehingga tingkah laku Dean, Gillian ,Arche dan balasan Justine membuat Neffile bertambah yakin jika Justine adalah seorang putra raja. Bahkan dibantu anak – anak wanita dengan  pertanyaan serius selama perjalanan. Raja siapa? Dari kota mana? Kenapa bisa sampai ada diasrama ? dan mungkin sudah ada seribu pertanyaan lainnya.



Dean memang pintar mencari ide untuk mengisi  acara dalam perjalanan mereka. Dan ide membuat Justine menjadi seorang putra raja sepertinya berhasil.



Hutan HORSETAPAL timur sedang berbaik hati kali ini. Mungkin juga dikarena saat perubahan cuaca, banyak binatang ikut menyibukkan diri bersiap – siap menyambut musim dingin, sehingga perjalanan mereka di ramaikan kan dengan binatang – binatang yang mereka temui.



Cukup melelahkan berjalan dijembatan yang bergoyang, memang tidak cukup jauh. 18 jembatan tepatnya. Dengan 30 langkah tiap jembatannya.



Tidak terasa perjalanan di jembatan hutan kayu besi HORSETAPAL timur sudah sampai ujung. Kali ini anak – anak diharuskan melewati bukit yang lain.  Tidak terlalu terjal, Bukit yang cukup gersang dan banyak bebatuan.  Bebatuan hitam mengkilap tapi tidak seberat batu – batu biasa dengan ukuran yang sama. Beberapa tempat bebatuan ditemani rumput rumput liar. Tidak jelas arah yang mereka tuju. Perbuktian kali ini tidak menyisakan tapak jalan. Dean mengarahkan perjalanan menuju daerah hutan yang terlihat bolong. Memang disitu danau berada. Tidak jauh lagi.



Didepan sana, tidak seperti hutan kayu besi, mungkin dikarenakan resapan air danau, sehingga tanahnya lebih cocok dipakai bertani. Sebagian lahan dipakai para petani untuk menanam padi, kentang, jagung dan beberapa macam rempah –rempah. Ladang tampak sepi, akhir pekan para petani tidak hadir dengan perlengkapan berladangnya.



Daerah yang subur, jauh berlawan dengan bukit batu hitam. Bukit ladang di tumbuhi juga dengan pohon buah – buahan. Dan ketika anak – anak melewatinya, Dean, Justine memanjat mengambil beberapa buah untuk menambah perbekalan mereka. Sebenarnya Justine dilarang memanjat dengan alasan keselamatan putra raja, tapi Justine memerintahkan para teman – temannya untuk tidak membantah keinginan putra raja. Dengan tongkat yang dipegangnya, Justine memerintahkan Dean untuk menjaga keselamatannya selama memanjat pohon, tongkatnya di letakan bergantian dari kiri bahu ke kanan bahu Dean, dan Dean merespon dengan setengah membungkuk.



 Ada – ada saja peran mereka ini. Bahkan hingga sejauh ini perjalanan, mereka masih memainkan peran kerajaan bohongan, hm… mungkin saja hingga sekembalinya ke asrama.



Hari belum lewat tengah hari ketika anak – anak tiba di danau bukit ladang. Tampak 3 tenda sudah didirikan di sana. Ternyata bukan hanya Justine dan rombongannya saja yang mempunyai acara akhir pekan berlibur di bukit ladang. Sambil saling menyapa, rombongan Justine mendirikan tenda, keberuntungan bagi rombongan Justine untuk tidak bersusah payah mencari kayu bakar dan menyalakan perapian. Rombongan sebelumnya menawarkan untuk memakai perapian bekas mereka. Karena mereka sebenarnya sudah hendak berbenah diri melanjutkan perjalanan. Mereka memulai perjalanan kemarin sore. Tujuan mereka ternyata air terjun EKORHORSE, sebuah air terjun di balik bukit ladang, sedikit jauh kedalam.



Air terjun yang  bagus dan kadang kuda – kuda liar HORSETAPAL menampakkan diri untuk minum. Justine tidak merasa bahwa air terjun mirip dengan ekor kuda. Tapi begitu lah namanya. Tidak terlalu tinggi tapi cukup untuk membuat pembangkit tenaga listrik. Hal yang membuat suatu saat di HORSETAPAL menjadi pertentangan dengan pembangunan pembangkit tenaga listrik. Pertimbangan akan nilai keuntungan dan pengetahuan sehingga masyarakat HORSETAPAL menyetujui pembangunan ini.



Anak – anak wanita merengek untuk bisa menyempatkan diri pergi ke air terjun. Dan Dean mengiyakan perjalanan ke air terjun setelah mereka selesai mendirikan tenda dan makan siang. Arche tak menghiraukan teman – temannya yang sibuk mendirikan tenda, dan rombongan lain menurunkan tenda. Dia langsung berlari ke tonggak kayu di tepian danau, yakin dengan pancingannya akan segera dapat ikan untuk menu tambahan makan siang. Padahal sampai tenda selesai didirkan dan rombongan lain menyapa selamat tinggal, Arche belum juga mendapatkan seekor ikan. Justine dan rombongannya sedang asik menikmati makan siang ketika akhirnya Arche menyerah memancing karena peringatan Dean untuk tidak menghabiskan umpan.



Neffile berdiri dan sedikit menarik kerah Justine menandakan untuk ikut dengannya. Mereka berjalan kearah Arche seakan akan mengantikan tugas memancing. Tapi kali ini Neffile dan Justine tidak memancing.



‘Ju…bukan kah jika ke EKORHORSE kita harus melaporkan diri ke pos penjaga disana ?’



‘Yeah…’



‘Lalu bagaimana ? bukankah aku tidak terdaftar dalam surat ijin’ Neffile terlihat mulai cemas.



‘Hmmm, aku rasa …’ belum Justine menyelesaikan pembicaraanya, Dean sudah memanggil mereka untuk segera melanjutkan perjalanan.



‘Tenanglah Neff, dengan jumlah sebanyak ini ditambah rombongan sebelumnya, aku rasa petugas tidak akan begitu jeli dalam pemeriksaan nanti.’



‘Semoga saja Ju…, dan apakah seharusnya kita memberi tahu mereka jika aku tidak mempunyai surat ijin ?’



‘Tidak, tenanglah Neff, kita nikmati saja perjalan ini…yuk’ Justine mengajak Neffile mengejar rombongan.



Justine dan Neffile menyusul rombongan, yang sudah berjalan beberapa langkah di depan mereka. Mereka tidak membawa banyak barang – barang, hanya Dean yang membawa tali kain. Tali yang dianyam dari potongan – potongan kain. Cukup kuat untuk mengikat bahkan menarik gerobak. Untuk dapat ke EKORHORSE, rombongan di haruskan mengitari danau dan menyusuri lembah Danau bukit ladang, celah di dinding bukit yang sangat indah. Semakin keatas, ruang celah semakin menyempit. Seperti tenda segitiga besar yang tidak beratap. Mulut celah dengan batu – batu an tidak beratur seperti makanan yang sedang dikunyah mulut raksasa. Dan diatas batu batuan seperti gigi runcing yang di basahi air liur yang terus menetes. Gigi tersebut kotor dengan sisa sisa makanan,   yang pada kenyataannya batu – batuan tersebut adalag stalagnit di tumbuhi lumut hijau tua dan lumut hijau muda dan tetesan rembesan air.



Anak – anak masuk ke dalam celah tersebut dengan menyusuri dinding celah. Beberapa kali mereka harus merangkak, karena dinding hanya menyisakan sedikit ruang untuk perjalan mereka. Tidak terlalu sulit bagi mereka untuk melewati celah tersebut. Tapi cukup menegangkan bagi mereka yang pertama kali datang ke sini. Belum lagi suara suara air yang mengalir deras berlari di sela sela batu batu besar yang menonjol dari dasar sungai. yang Tidak begitu lama,  suara air sudah terdengar tenang. Daerah yang terbuka dengan pepohonan yang sangat lebat di kanan kiri sungai. Jalan pun lebih bersabat, anak – anak bisa berjalan dengan leluasa. Asal berhati hati saja untuk tidak tercebur ke sungai. Tidak sejam perjalanan, suara deru air terjun sudah terdengar. Mereka telah sampai di air terjun EKORHORSE, air terjun yang indah sekali , memang benar bila di perhatikan seperti ekor kuda, air terjun EKORHORSE memang mirip ekor kuda yang sedang dikibas kibas kan kekanan ke kiri.



Tampak seorang pengawas di atas menara berserta beberapa anak, dan 2 lainya dengan anak – anak yang lain sedang duduk – duduk berbincang di depan perapian membelakangi rumah pengawas. Tiga tenda sudah didirikan di dekat rumah tersebut. Neffile menarik – narik lengan baju Justine, ketika perhatian beberapa anak saling balas melambai dan ribut mengoceh mengomentari air terjun.



‘Ju…bagaimana ini ?’



‘Aku sendiri tidak tahu, tenang saja… jangan menarik perhatian orang dong…’



‘Wah wah ramai sekali hari ini, mau menemani kami juga neh’ Tanya seorang pengawas menyambut kedatangan rombongan Justine.



‘Kami hanya sebentar Pak, hanya sekedar melihat – lihat air terjun dan pembangkit listrik. Karena kami sebenarnya akan memancing di danau.’ Dean menjelaskan maksud kedatangan mereka.



‘Tidak masalah..silahkan silahkan, sangat jarang kami bisa kedatangan kunjungan seperti ini. Sangat menyenangkan bisa ditemani kalian.’ Pengawas berbicara dengan ramah, tapi muka - muka pengawas masih menyisakan ketegasan yang mengerikan, dan ini membuat Neffile menjadi grogi.



Pengawas lainnya berdiri dan berjalan mendekati anak – anak, dan Justine yang menyadari keadaan Neffile, sedikit bergerak mengajak Arche mengomentari air terjun. Padahal Justine bermaksud menutupi sebagian badan Neffile. Walau sebenarnya tidak mungkin dengan ukuran badan Justine  dapat menutupi badan Neffile yang gemuk. Dan bukan hanya Justine yang sibuk berceloteh, anak – anak wanita yang baru pertama kali datang ke sini, lebih sangat sibuk.



‘Ada peraturan – peratuan yang kalian harus patuhi disini’ suaranya lebih berat dibanding pengawas pertama, membuat anak – anak berhenti berceloteh.



’Kami tidak segan – segan untuk menindak dan segera memulangkan kalian ke asrama sekarang juga bila kalian melakukan palangaran – pelangaran di daerah ini, kalian tidak diperkenankan menyentuh air sedikit pun tanpa sepengetahuan kami dan apapun yang  akan kalian lakukan harus seijin kami.’



Anak – anak mengangguk, dan belum lagi pengawas kedua selesai  berbicara, pengawas ke tiga yang tadinya berada di menara, datang diikuti anak – anak lainnya dan cerita – cerita mengagumkan tentang pembangkit listrik kayu, kabel – kabel besi dan lainnya sehingga anak – anak perempuan dalam rombongan Justine merengek untuk bisa melihat nya segera.



Untung saja kebaikan pengawas pertama menahan pengawas kedua yang hendak memarahi tingkah laku rombongan Justine yang tidak sopan karena memotong pembicaraannya.



Kau lihat keceriaan mereka? Jangan kau buat menjadi kesedihan yang selama ini mereka dapatkan lebih banyak daripada kebahagiaan, menjadi hilang karena tampang galakmu. Begitu kira – kira apa yang diucapkan. Dan pengawas pertama berbaik hati mengajak rombongan Justine untuk melihat pembangkit listrik.



Setibanya di atas menara, anak -  anak tidak kuasa menahan kekaguman. Hebat sekali orang yang membuat pembangkit listrik ini. Pemandangan dari atas sini sangat indah, air terjun keluar dari bukit yang sangat curam, lebih cocok sebagai tembok yang sangat besar sekali. Dan tidak mungkin ada orang yang bisa berhasil memanjat tembok sebesar ini. Tepat dibawah air terjun, air terbagi menjadi dua aliran sungai, yang satu lurus dari arah air terjun, ke arah barat, membelah hutan dan yang nantinya bermuara di danau, dan aliran ini yang tadi menemani rombongan Justine. Sedang yang lain membelok tajam ke utara, tidak begitu besar di banding sungai utama mungkin hanya sepertiga lebarnya. Tapi entah apa yang menyebabkan aliran air yang kearah utara ini berpusara di lekukan, sehingga membuat air berputar kencang. Dan orang – orang melihat ini sebagai daerah yang berbahaya. Oleh karena itu daerah lekukan ini dibatasi pagar kayu yang cukup tinggi. Mungkin karena itu dibuat menara supaya dapat melihat keadaan pusara air ini.



Dua kayu gelondongan besar, disusun menyilang, dan satu kayu gelongongan tegak lurus di tengah tengah nya, sibuk berputar putar di pusara air. Diatas kayu tengah, sebuah kotak besar yang digantung bertugas sebagai poros dan menjaga agar kayu berputar tetap ditengah tengah. Besi besi yang dijadikan gantungan kotak poros itu, dua diantaranya terus menyambung kearah timur, dan kedua besi inilah yang mengantarkan sumber listrik itu.



Pengawas pertama sibuk menjawab pertanyaan anak – anak wanita, dan sekali – sekali Gill yang menjawab.



‘Pak, benarkah listrik ini terbuat oleh sihir Prof. Mirror ? dan benarkah pusara ini menelan teman mereka?‘ Pertanyaan Neffile dalam kosata kata dan susunan tidak benar karena rasa takutnya, dan membuat semua anak terdiam.



‘Dari mana kau mendengar cerita itu ?’ balik pengawas bertanya.



‘Orang tua ku’ jawab Neffile diiyakan Aprillia, Cathy, dan Octavia.



‘Jadi kalian…’



‘Kami yang yatim piatu‘ jawab Dean dengan mengacungkan setengah tangan, diikuti Justine, Arche, Gillian, Nirina dan Jean.



‘Ah, aku lupa, mana surat ijin kalian.’ Pengawas menyodorkan tangan meminta surat ijin.



Membuat Neffile menarik Justine yang kesal karena pertanyaan Neffile mengingatkan kesalahan fatal mereka. Tapi Justine berpikir lain, mengapa aku tidak tahu akan cerita – cerita seperti ini, ah bukankan sangat menyenangkan bila ada orang tua seperti orang tua Neffile, Cathy, Aprilia dan lainnya. Kenapa Father, Pak Natel, Pak Cline , kak Eldo, Kak Eldi tidak pernah menyinggung mengenai cerita ini? Sungguh tidak adil. Masih banyakah cerita – cerita yang aku tidak ketahui ?



‘Arche, Justine, Dean dan Gillian’  panggil pengawas, dan mereka mengulang mengangkat setengah tangan.



‘Dan kau ?’ Tanya pengawas melihat Neffile dengan tatapan serius, membuat Neffile menarik Justine lebih keras.



‘Maafkan aku pak, aku yang bersalah memaksa dia untuk ikut. Walaupun dia tidak mempunyai surat ijin orang tua dan persetujuan father. Tapi aku…’ Justine tidak melanjutkan pembicaraan karena Dean sudah mengepal tangan tepat di muka Justine.



‘Kau …Kau’ Dean menahan emosi dengan menjatuhkan kepalan tangannya.



‘Justine…’ Arche dan beberapa anak menyesalkan keputusan Justine.



‘Aku tidak habis pikir, hanya karena selembar surat, apakah Neffile tidak bisa mendapatkan perjalanannya ? dan hanya selembar kertas dia harus menghabiskan akhir pekannya di kamar asrama ? bantah Justine.



‘Sudah !! semua diam.Kau tau itu salah nak. Dan sekarang aku tidak bisa membiarkan kalian berlama – lama disini. Maaf kalian harus segera pulang. Dan jika ada terjadi sesuatu terhadapnya, kalian akan mendapat seribu kesusahan.‘ pengawas mengingatkan Justine dengan sangat keras.



Semua anak turun dari menara dengan komentar – komentar penyesalan. Tampang pengawas masih saja menyisakan kemarahan tertahan.



‘Aku akan memulangkan mereka, salah seorang darinya tidak mempunyai surta ijin.’ Kata pengawas satu kepada yang lainnya. Selagi dia sibuk memakai peralatan lengkap seorang penjaga, dia berbincang dengan ke dua temannya. Sedangkan anak – anak hanya saling balas menatap tanpa bersuara.



Pengawas pertama mengisyaratkan rombongan Justine untuk berjalan, dengan menghitung jumlah rombongan.



Justine masih saja memendam ketidak puasan hanya karena selembar kertas. Dan pandanganan dibuang ke sungai, malas menatap wajah teman – temannya. Apalagi pengawas, huh menambah ketidakpuasan Justine. Air yang mengalir jernih, membuat Justine ingin menengelamkan kepalanya. Kenapa tidak boleh disentuh tanpa seijin pengawas? Memang kepunyaan mereka kah !!! huh… Justine berjalan dengan sangat malas. Membuat dia berada di paling belakang. Sesekali dia menendang batu kearah sungai. Sesekali melihat sebal kearah rombongan, dan Justine melihat Neffile menunggunya.



‘Maaf, seharus nya aku tidak ikut perjalanan kalian’



‘Bukan kau yang salah, mereka yang membuat surat yang salah. Tidak habis pikirkah kau hanya karena selembar surat maka kebebasan kita dibatasi?’ Justine balik bertanya.



‘Tanggung jawab yang aku tahu. Dan memang aku tidak mengerti selembar surat bisa menggantikan tanggung jawab kita’ Neffile mengangkat pundaknya tidak tahu arti yang dia ucapkan.



Justine sedikit terhibur Neffile menemani selama perjalanan. Dan dia sadar akan apa yang diucapkan Neffile. Bukan hanya selembar kertas, tapi tanggung jawab.



‘Kau mau ceritakan mengenai Prof. Mirror ?’ Tanya Justine.



‘Katanya dulu pernah terjadi serombongan orang hilang dikarenakan air tiba – tiba meluap berputar seperti terompet. Menelan orang orang seperti sisa makanan yang tersedot kelubang cuci piring…Dan kabarnya hanya Professor Mirror yang selamat. Itu pun ditemukan ditepi danau dalam keadaan tidak sadarkan diri dan badan yang penuh dengan luka -luka. Walapun selamat, dan ketika sudah sadarkan diri, ternyata professor tidak bisa mengingat kejadian bahkan beberapa hal mengenai dirinya, seperti nama nya sendiri. Dan sejak saat itu professor sering terbalik – balik bila berbicara seperti  Hai, selamat igap….irah yang handi, harec. Dan jika beberapa orang tidak bisa mengerti apa yang diucapkan professor, maka professor akan menulis dikertas dan memberikan berserta kaca.’



‘Dan oleh sebab itu dia dinamakan Mirror’ tebak Justine.



‘Yup, dan kabarnya Prof. Mirror yang membuat listrik dengan kehebatan sihirnya.’



‘Sihir…?’ belum lagi Justine selesai mengomentari, mendadak awan menjadi lebih gelap, angin bertiup tidak bersahabat. Arus air sungai menjadi lebih deras, dan entah dari mana datangnya kabut. Pengawas memerintahkan rombongan untuk berlari. Takut jika celah akan tertutup air sungai. Dean membuka ikatan tali yang dia bawa, untuk dipegang oleh tiap rombongan, dan ujungnya diserahkan kepada pengawas. Hanya Cathy yang tidak leluasa memengang tali, dia disibukan merapikan rambutnya yang terurai acak – acak tertiup angin.



‘Jepit rambutmu yang lain kemana ?’ Justine mendengar Nirina bertanya.



‘Entahlah mungkin terjatuh…’ Cathy mengira - kira hilangya jepit rambut. Dan memang jepit rambut Cathy terjatuh, dan itu terjadi ketika pada waktu di menara air terjun, dia merapikan rambutnya, yang juga acak acak tertiup angin hasil dari tiupan air terjun. Dan dia terkaget ketika Dean hendak menyerang Justine.



Dean mengatur ulang posisi barisan, Dean memilih barisan paling belakang. Dean meminta Neffile, Arche untuk berjalan didepan di belakang pengawas tentunya, di ikuti Octavia, Aprilia, Jean, Nirina , Cathy, Witheney, Justine, Gillian dan Dean. Suara air sungai menjadi bertambah keras, dan masih untung kabut tidak bertambah tebal, tapi langit yang bertambah gelap. Dan sialnya lagi,  pengawas, melewatkan keinginannya membawa obor.



‘Berhati – hati lah’ pengawas mengingatkan rombongan ketika hendak masuk celah.



Suara air sungai dan batas air sungai yang mencapai batas jalan, membuat anak – anak menjadi takut untuk meneruskan perjalanan. Hanya karena tarikan tali membuat mereka akhirnya berdiam diri untuk meneruskan perjalanan. Dan terlebih ketika mereka harus merangkak, menganggu gerak mereka terutama dalam keadaan memegang tali. Air sungai sudah membasahi lantai jalan, dan sekali sekali menerpakan percikan air. Untung Neffile berada dibelakang pengawas, sehingga dia mendapat bantuan dan Acrhe membantu Octavia. Tidak begitu dengan Cathy yang disibukan dengan rambutnya. Dia kesal akibat rambutnya menghambat perjalanan. Dan tiba – tiba suara gemuruh air datang dari arah belakang, tidak tampak air menaik dengan tiba – tiba. Rombongan menpercepat jalannya.  Sayangnya dalam keadaan merangkak, air berhasil mendahului mereka. Pengawas dan Arche berusaha menarik tali agar rombongan yang terisa dalam antrian merangkak segera keluar, Neffile dan Octavia nembantu Aprilia dan berlari keluar celah, belum lagi mereka sampai keluar, Cathy tak bisa menahan terjangan air, sehingga pegangannya terlepas dan tercebur, Whiteney sempat tertarik oleh Cathy namun masih berhasil menguatkan peganganya, walaupun badannya sudah tercebur ke air dan dia di bantu Justine, dan Jean. Cathy berusaha berenang menepi dan pengawas yang sudah melepaskan atribut perangnya, berusaha menolong Cathy dan dia berhasil menangkap Cathy tepat ketika air tiba tiba menerjang ke dua kalinya memenuhi celah sehingga mendorong pengawas, Cathy, Neffile, Octavia dan Aprillia termuntahkan dari celah.



Dan terjangan air yang tiba - tiba itu, membuat pegangan Jean terhadap Whiteney menjadi terlepas, Justine ikut terlepas  bersama Whiteney. Dean dan Gillian berusaha mempertahankan tali, dan Arche sempat membelitkan  ujung tali di bebatuan, Nirina dan Jean juga ikut berpegangan erat, berharap tali yang mereka pegang dapat menyelamatkannya.



Akibat terbentur bebatuan, Justine tidak kuat lagi memegang Whiteney, dia hanya sempat mendorong Whiteney ke atas hingga Whiteney terbebas dari celah, sedangkan Justine terhambat bebatuan di bawahnya dan dia melihat teman –temannya berusaha bertahan dengan seutas tali, dan Justine melihat air menjadi lebih biru pekat dan lebih ber buih. 



Hingga saat terakhir, dia melihat tali yang diikatkan Arche telepas akibat batu tidak lagi kuat menahan beban. Dan Justine sudah setengah sadar, ketika dia heran karena teman temannya tidak terdorong keluar celah, melainkan bertahan dari sedotan air. Buih buih yang sempat Justin lihat seakan akan menjadi lapisan batas dimana di bagian depan buih buih itu, air jernih mendorong keluar celah, sedangkan di belakangnya air biru pekat menyedot balik kearah air terjun.



Pengawas dan Cathy sudah menepi, dan mereka membantu menarik Neffile, lalu Aprillia dan Octavia. Anak – anak menangis dalam pelukan sesama. Sedangkan pengawas kembali berenang mengejar Whiteney yang masih terbawa sisa arus.Whiteney sudah tidak sadarkan diri ketika pengawas berusaha mengeluarkan air yang sudah pasti banyak terminum.



Neffile berjalan kembali kearah celah, mencari – cari keberadaan teman – teman yang lain, tapi tidak menemukannya, dan dia melihat celah sudah bergejolak lagi. Neffile masih menangis, ketika pengawas menepuk pundaknya, dan berkata ‘Kau bergabung dengan mereka, biar aku memeriksa keadaan.’ Dan Neffile melihat Whiteney sudah terduduk bersama Cathy, Aprilia dan Octavia.



Neffile , Cathy, Aprillia, Octaia dan Whiteney, terduduk bersama mengharapkan pengawas kembali bersama teman – teman yang lain. Tapi pengawas sudah hampir kehabisan tenaganya. Dia memutuskan memberhentikan pencarian dan mengantar anak – anak yang selamat.



‘Kita harus segera ke HORSETAPAL’ katanya



‘Kalian masih kuat ?’ Anak – anak menganguk lesu.



‘Pak, bagaimana dengan yang lain ?’ pertanyaan Neffile memberhentikan langkah pengawas.



Pengawas hanya menatap danau dan memperhatikan celah. Pengawas tidak membalas pertanyaan Neffile, dia merangkul anak – anak dan mengajaknya berjalan. Tidak ada kata – kata yang keluar dari mulut mereka. Pengawas berharap anak – anak tidak mengalami trauma. Karena kejadian ini bagi dirinya cukup membuat tertekan. Hari sudah mulai malam, Whiteney sudah tidak sanggup lagi berjalan, dia digendong pengawas. Cathy, Aprillia dan Octavia berjalan sambil berangkulan, berharap kehangatan tidak membekukan mereka. Neffile memimpin perjalanan, udara sangat dingin dan membuatnya menggigil sangat kedinginan. Dengan bantuan pengawas mengarahkan perjalanan. Pikirannya tidak lepas dari teman – temannya yang lain, Dean, Gillian, Arche, Nirina, Jean dan Justine.



Cathy, Aprillia dan Octavia menemani Neffile dan saling menguatkan diri dengan membicarakan Dean yang membuat ide Justine sebagai putra raja, dan ini membuat mereka terhibur mengingat kejadian – kejadian lucu. Tapi kesedihan kehilangan Dean, Gillian, Jean, Nirina, Arche dan Justine tidak dapat terobati dengan cerita lucu itu.



Belum melewati bukit ladang, perjalanan mereka terhenti. Mereka sudah tidak sanggup berjalan. Cuaca dimusim dingin membuat mereka tidak bisa bertahan. Pengawas tidak bisa berbuat apa - apa lagi. Pengawas mengumpulkan Neffile, Cathy, Aprillia, Octavia dan Whiteney, di semak semak. Berharap ada kehangatan yang dapat menyelamatkan mereka.Whiteney sudah tidak sadarkan diri lagi.



‘Bertahanlah, aku segera kembali dengan bantuan. Dan aku, panggil aku Mush’ pengawas berbicara seakan suaranya merupakan tenaga terakhir.



Tanpa iya dari anak – anak, Mush berjalan, meraih potongan dahan pohon untuk menopang dirinya. Octavia sudah mulai setengah sadar ketika pengawas melangkah pergi. Hanya Cathy yang terakhir masih sadarkan diri ketika melihat pengawas Mush terjatuh dan lampu – lampu obor berdatangan.



Comments

  1. Ko, alur ceritanya alami ya. Saya suka.
    Di bab ini akhirnya ketangkep kata: kereta kuda. So...saya perkirakan, latar belakang waktu sekitar tahun 1600an (dimana mobil belum diciptakan. Mobil diciptakan thn 1769).
    Ko, dalam Literary Research Method, latar belakang tempat, waktu, penokohan (when, where, who, why, what) sangat penting. Klo koko tidak mau menekankan latar belakang waktu dan tempat, bisa juga diselip2in dikit aja. Supaya pembaca bisa lebih jelas mencerna novelnya, jadi tidak hanya sekedar membaca ceritanya apa. Tapi aspek lainnya.

    ReplyDelete
  2. Tata bahasa kacauuu...hehehehe kalo mao dipublish harus ada editor. Penulisan kata ulang, huruf besar, koma, titik, dll. (I)

    ReplyDelete
  3. Ko, coba klik: http://writeinc.wikidot.com
    Siapa tau ada inspirasi dan informasi. (*)

    ReplyDelete
  4. Mungkin sebelum publish novel (menjadi sebuah buku), bisa coba2 dulu ikutan lomba menulis cerpen atau cerita bersambung di majalah2 remaja&wanita, ato surat kabar.

    ReplyDelete
  5. wah saya sih kurang ngerti tata bahasa yang benar / salah. Tapi sekilas liat sih seharusnya tanda kutip ' itu mungkin harusnya ". Kalau gak salah tuh kutip dalam kutip itu baru pakai yg '.

    Juga kalau kutipan harus selalu alinea baru + disertai koma. misalnya:

    ‘Kita harus segera ke HORSETAPAL’ katanya

    itu seharusnya jadi sbb:

    "Kita harus segera ke HORSETAPAL," katanya

    ..yah kira kira gitu menurutku sih.. Do you Understand?! :-D

    Anyway,...good work!! (Y)

    ReplyDelete
  6. Horsetapal ditulis dengan awalan huruf besar (krn nama tempat) dan sisanya huruf kecil.

    ReplyDelete
  7. tq masukannya, iya si Justin anak lakilaki (ops salah yach) Justin -> just tiny(kecil) = kepikir justin.nanti ada Jude Ekale ( judes sekali) dll.justine akan saya rubah. betul dibawa ke jaman doeloe.kenapa ada listrik, father(ayah), dll ada di bab terakhir(dunia 0). Penamaan memang dibuat aneh sengaja pake indonesia inggris.pelukisan daerah di ambil dari salah satu kota di kalimantan,bangka, palembang sebagian kota di indonesia,cuma di jadikan ide. Pohon jembatan, lubang lubang di pantai, itu asli ada.Penulisan huruf besar semua cuma ingin menekankan saja. ejaan penulisan memang g kurang ahli. masih banyak salah tanda baca.maaf tidak melukisan keagamaan secara detail. karena di buku ke dua ada PETAPA(-> basic Budha). Di bab selanjutnya ada ditolong pelaut Makassar (gaya pakaiannya -> basic Islam )tapi kok ada listrik ->di terangkan di bab selanjutnya, dan selengkapnya di dunia 0.tempat mungkin lebih cocok sebagai tempat impian jadi tidak membandingkan dengan ditemukan listrik,mobil dll.karena nanti ada whitney (kuda terbang). Any way tq semua masukkan nya.

    ReplyDelete
  8. cha..kalau dalam kutip itu bebas gak usah Horsetapal kali. bisa aja kan ditulis "HoRsEtApAl" kerana kalau dalam kutip ditulis "HORSETAPAL" bisa diartikan lagi MENJERIIIT.

    Gitu bukan yah kira2xnya...wakkkkaakkk.... :-D

    ReplyDelete
  9. YY, kenapa gak suruh Cha2x aja jadi editor nya...

    ReplyDelete
  10. "HORSETAPAL" = MENJERIT (ga ngerti ah ko )???

    ReplyDelete
  11. Iya betul, dalam novel kalo ditulis dalam huruf besar berarti diucapkan menjerit.

    ReplyDelete
  12. Wah, memasukan ideologi2 dan pemahaman beberapa aliran ya. Lin, inget gak, mirip2 buku jaman kita kuliah dulu SOPHIE´S WORLD....hehehhehe....semua filsuf komplet masuk ke dlm buku...hehehehe. (*)

    ReplyDelete
  13. Walah..jangan. Gak bisa saya mah. Saya tau ada yg salah krn saya sering baca novel. Yg gampang2 saya tau. Tapi kalo lebih dalam lagi harus ke ahli bahasa. Minimal guru bahasa Indonesia di SMU bisa dihubungi utk edit tata bahasa (titik, koma, huruf besar, imbuhan, kata ulang,dll)

    ReplyDelete
  14. aduh cha terus terang g lupa ey si shopie's world ini terlalu bnyk philosopi..yang g inget "saat kita kecil apel itu warnanya merah dan apel hijau itu rasanya asem" hehhehehhe tp setelah kita dewasa kita tau bahwa ga selamanya apel itu warnanya merah dan ga selamanya apel hijau itu rasanya asem. yah kira2 itulah yang g inget....oh yah saru lagi si filsafat yang mengangkap bumi ini adalah Tuhan, bahwa pohon itu Tuhan dan segala isi bumu ini adalah Tuhan. yang lain mah lupa cha

    ReplyDelete
  15. Wah, lu inget segitu bagus lin. Hehehehhe. G mah lupa kabeh hahahhahahhaha.....cuma inget nama Aristoteles, Socrates, Plato.... ;-)

    ReplyDelete
  16. oh baru tau g klo huruf besar artinya menjerit hehehehe

    ReplyDelete
  17. coba dibuat dalam bentuk e-booknya..supaya gw lgs bisa baca sekaligus..hehehehehe (Y) ;-)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ahli / Tukang Urut di Bandung

Bagi yang pernah kecelakaan, keseleo, tulang keluar dari persendian, patah tulang, dan masalah-masalah lain dengan tulang dan otot, ahli urut atau tukang urut adalah seseorang yang kita andalkan untuk pengobatan alternatif diluar kedokteran. Persepsi masyarakat mengenai lembaga rumah sakit dan kedokteran masih terdapat kebimbangan walau sudah lebih lebih baik dibanding 10 tahun lalu. Masih ada pemikiran dokter + rumah sakit lebih mementingkan test-test yang berlebihan untuk pasien. Disinilah celah yang diisi oleh ahli urut. Ahli urut berperan sebagai seorang dokter dan ahli terapi. Perlu diperhatikan, menurut saya, sebaiknya tetap ke dokter dulu, x-ray kalau memang diperlukan. Apabila tulang retak atau patah, sebaiknya kunjungan ke ahli urut ditunda dulu. Berikut daftar Ahli urut yang berhasil dihimpun berkat teman2 di facebook...

ExoticAzza : Lola

Find out the differences between NonaManis.com, MoreNonaManis.com, ExoticAzza.com and IndoAmateurs.com - read our FAQ or go to  NonaManis.com . Your email program/account might have a spam filter which mistakenly marks our emails as spam. Please make sure to add admin@exoticazza.com, admin@indoamateurs.com and admin@morenonamanis.com to your safe senders list. WARNING: ADULT MATERIALS FOR CONSENTING ADULTS OVER 21 YEARS OF AGE

More Nona Manis : Fina

Find out the differences between NonaManis.com, MoreNonaManis.com, ExoticAzza.com and IndoAmateurs.com - read our FAQ or go to  NonaManis.com . Your email program/account might have a spam filter which mistakenly marks our emails as spam. Please make sure to add admin@exoticazza.com, admin@indoamateurs.com and admin@morenonamanis.com to your safe senders list. WARNING: ADULT MATERIALS FOR CONSENTING ADULTS OVER 21 YEARS OF AGE